About

Monday, September 26, 2022

CT Scan Amenhotep I Bebaskan Pendeta Mesir dari Tuduhan Pencurian


Mumi firaun Amenhotep I yang berusia 3.500 tahun hampir tidak pernah diteliti sejak ditemukan di Luxor tahun 1881.

Padahal mumi ini dapat mengungkapkan beberapa detail berharga tentang kehidupannya. Firaun Amenhotep I memerintah kerajaan Mesir yang bersatu sejak tahun 1525 hingga 1504 SM.

Mumi Kerajaan Baru (1550 hingga 1069 SM) adalah mayat kuno yang paling terpelihara dengan baik yang pernah ditemukan. Mumi ini dianggap sebagai kapsul waktu. Mereka dapat memberi tahu tentang seperti apa rupa raja dan ratu kuno, kesehatan, serta penyakit kuno. Juga teknik mumifikasi, dan metode pembuatan objek pemakaman.

Ahli Mesir Kuno selalu enggan menyentuh mumi yang telah diawetkan dengan sangat baik dalam linen berkualitas tinggi. Mumi ini juga ditutupi oleh karangan bunga yang terbuat dari bunga safflower, delphinium, dan rami sungai Mesir. Mumi Amenhotep menggunakan topeng penguburan yang dicat yang mencolok dan indah. Ini bisa saja rusak secara permanen jika linennya dilepas.

Namun berkat perkembangan teknologi pemindaian digital yang canggih, ilmuwan dapat menelitinya tanpa merusak penutup fisiknya.

Pemeriksaan digital menyeluruh dan komprehensif dari tubuh mumi Amenhotep I dilakukan. Ahli Mesir Kuno yang terkenal, Zahi Hawass, bekerja sama dengan Sahar Saleem seorang ahli radiologi dari Universitas Kairo dalam penelitian ini.

Mereka menggunakan teknologi pemindaian tomografi terkomputasi (CT) 3-D untuk mendapatkan citra rinci dari tulang dan jaringan lunak yang diawetkan. Teknologi ini mengeliminasi kebutuhan untuk membuka pembungkus linen mumi untuk melihat apa yang ada di bawahnya.

Analisis ekstensif Saleem mengungkapkan sejumlah besar detail tentang karakteristik fisik Amenhotep I yang belum diketahui sebelumnya.

“Pemindaian menunjukkan bahwa Amenhotep I berusia sekitar 35 tahun ketika dia meninggal,” kata Saleem. Tingginya kira-kira 169 cm, disunat, dan memiliki gigi yang bagus.

Amenhotep I secara fisik mirip dengan ayahnya, Ahmose I, raja pertama Dinasti ke-18 yang memerintah dari 1550 hingga 1292 SM. Sang Firaun memiliki dagu yang sempit, hidung kecil yang sempit, rambut keriting, dan gigi atas yang agak menonjol.

Otak Amenhotep I ditemukan utuh, hal ini tidak dimiliki oleh sebagian besar mumi kerajaan lainnya.

CT scan menunjukkan bahwa Amenhotep I dikuburkan dengan koleksi perhiasan berharga yang menakjubkan. Di bawah bungkus linennya, tubuhnya dihiasi dengan sekitar 30 jimat dan ikat pinggang terbuat dari manik-manik emas.

Fakta terakhir ini penting, karena bertentangan dengan kepercayaan ahli Mesir Kuno tentang sejarah mumi sebelumnya.

Seperti yang diungkapkan oleh hieroglif, pada abad ke-11 SM mumi Amenhotep I dipindahkan dari tempat pemakaman aslinya ke Luxor. Pada saat itu tubuh dibuka dan dibungkus kembali oleh para pendeta. Mereka ditugaskan untuk memperbaiki kerusakan yang dilakukan oleh perampok makam.

Di Luxor, mumi itu dimakamkan bersama mumi raja dan bangsawan yang juga diselamatkan dari perusakan tanpa henti pencuri harta karun.

Ahli Mesir Kuno sebelumnya menduga bahwa para pendeta itu terlibat dalam pencurian harta karun Amenhotep I. Mereka diperkirakan menyembunyikan semua perhiasan sebelum menyelesaikan proses mumifikasi ulang.

Tapi hasil CT scan membersihkan pendeta kuno abad ke-11 dari segala tuduhan pencurian.

“Dalam kasus Amenhotep I, para pendeta dari dinasti ke-21 dengan penuh kasih memperbaiki luka-luka yang ditimbulkan oleh para perampok makam. Mereka mengembalikan mumi ke kejayaannya, dan melestarikan perhiasan dan jimat yang luar biasa di tempatnya,” kata Saleem.

Berkat mereka, mumi Amenhotep terpelihara dengan baik hingga kini sehingga dapat dipindai dan dianalisis oleh Saleem.

Amenhotep I memerintah Kerajaan Baru Mesir selama masa damai dan kemakmuran. Lima abad pemerintahan Kerajaan Baru diakui oleh para sejarawan sebagai salah satu "Zaman Keemasan" Mesir kuno.

Kerajaan itu makmur dan menghadapi beberapa ancaman eksternal atau internal yang serius. Amenhotep I tidak diragukan lagi mendapat manfaat dari keadaan ini. Sangat sedikit informasi tentang penguasa macam apa dia sebenarnya. Meskipun tampaknya ia berhasil mempertahankan struktur yang diciptakan ayahnya selama pemerintahannya.

Meskipun banyak penemuan menarik dari pemindaian, Saleem tidak dapat menemukan persis bagaimana Amenhotep I meninggal.

“Kami tidak dapat menemukan luka atau cacat karena penyakit untuk menentukan penyebab kematian,” jelasnya.

Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa Amenhotep I diracun sampai mati. Bisa jadi ia dibunuh dengan cara yang tidak akan meninggalkan bekas luka atau kerusakan fisik. Kemungkinan lainnya, Amenhotep I bisa saja meninggal karena sebab alami.

Tidak ada cara untuk mengetahui dengan pasti apa yang terjadi kecuali jika ada teks hieroglif yang menjawab misteri itu.

0 comments:

Post a Comment