Entah postingan ini bakal berhubungan dengan Genali (sesuai request Fadilah Amrih, karena informasi mengenai Genali tidak begitu banyak), postingan kali ini akan membahas tentang Ular raksasa pemakan manusia di Borneo.
Berikut kisahnya :
Beberapa abad yang lalu, sekelompok penduduk asli Kalimantan meninggalkan desa mereka dan pergi jauh ke dalam hutan, mencari rumah yang jauh dari penjajah Belanda yang mulai menyebar di pulau mereka. Akhirnya, mereka menemukan tempat yang bagus di hutan hujan dataran rendah dekat pegunungan di tengah Borneo.
Mereka membangun rumah, bercocok tanam, dan menangkap ikan dari Sungai Burak. Semuanya baik-baik saja. Lalu anak-anak mulai menghilang.
Satu per satu, anak-anak menghilang, meninggalkan orang kebingungan dan panik. Ini terjadi selama delapan hari berturut-turut.
Apakah itu ulah hantu hutan, nomaden hutan, atau karnivora besar seperti macan dahan ?
Untuk mengetahuinya, penduduk desa memasang perangkap dan memberi umpan berupa anak yang lain, mengorbankan satu nyawa lagi untuk menghentikan pembantaian.
Lalu, makhluk yang akhirnya muncul dari sungai itu berukuran besar, tanpa kaki dan ditutupi sisik. Itu adalah seekor ular, tetapi begitu besar sehingga mereka menyebutnya naga.
Dari tempat persembunyian, orang-orang menyaksikan naga membawa anak itu ke sarang di sebuah pulau di sungai. Kemudian orang-orang membuat kapak, tombak dan sekop dari pohon-pohon kayu yang kuat di hutan, dan menggali terowongan tepat ke sarang naga.
Saat penduduk desa menyerbu, mereka menemukan dua naga dewasa besar berwarna coklat, masing-masing sebesar barel minyak. Bersama kedua naga itu ada naga yang lebih kecil, selebar pohon kelapa, berwarna-warni dan memiliki perut berwarna kuning.
Sebagai balasan atas pembunuhan, orang-orang memotong dua naga besar menjadi dua bagian, tetapi mereka membiarkan naga yang masih muda, percaya (naga) itu tidak bersalah. Mereka juga membuat perjanjian yang masih terikat hingga hari ini : "Baik manusia maupun naga, tidak akan membahayakan yang lain, pada rasa sakit kematian."
Kemudian, orang-orang kembali ke desa-desa yang tidak terlalu terpencil, tetapi mereka mengatakan naga masih ada.
Kepada BBC, yang bekerja di Borneo, Pak Rusni (tetua dari desa Dayang Tumbang Tujang) menceritakan kisah leluhurnya dan menggambarkan sarang naga, terowongan dan pemukiman tepi sungai.
Pak Rusni mengatakan jika melakukan perjalanan ke hulu untuk satu setengah hari, dari dekat perbatasan utara Kalimantan, di sepanjang sungai Burak, pengunjung akan menemukan sisa-sisa desa yang dikepung oleh naga.
Beberapa dugaan ular yang terlibat :
*) Red-headed krait
Ular dengan tubuh hitam mengkilap yang dihiasi oleh kepala dan ekor berwarna merah cerah ini memang mematikan. Racun krait menonaktifkan sistem sara mangsa mereka, memblokir penyampaian pesan dari saraf ke otot, sehingga mangsa tidak mungkin bernapas atau bergerak.
"Itu adalah salah satu ular paling indah, tetapi kamu tidak ingin berada di dalam air dengan krait."
Namun, krait tidak sesuai dengan gambaran naga. Ular ini bisa memiliki panjang dua meter, tetapi kurus sedangkan naga itu gemuk. Kraits juga lamban di siang hari.
*) King kobra
Ular berbisa terpanjang yang masih hidup ini dapat mengangkat sepertiga pertama tubuh mereka dari tanah dan bisa mencapai panjang 5 meter.
Tetapi, ular kobra ini mungkin juga bukan naga, karena meskipun berbahaya, mereka jarang menggigit.
"Mereka sama sekali tidak agresif dibandingkan dengan beberapa ular. Mereka memiliki begitu banyak racun di dalam, tetapi sangat enggan menggigit manusia."
*) Pit Viper
Ular ini adalah predator penyergap yang mengintai di pohon atau semak-semak, menunggu mangsa berjalan cukup dekat untuk disergap.
"Mereka sangat lamban, tetapi serangannya sangat cepat."
Saat tim BBC melewati hutan Borneo, ular inilah yang harus diwaspadai. Beberapa hari setelah mereka tiba, mereka menemukan Sumatran pit viper yang menggantung di pohon dekat perkemahan mereka.
Namun, ular ini juga tidak cocok dengan naga dalam cerita ini.
"Reputasi mereka berbeda dari naga yang disebutkan dalam cerita Dayak. Arboreal pit piver di Borneo lebih merupakan predator yang diam dan menunggu. Mereka menunggu mangsa mendatangi mereka, bukan mengejar mereka."
*) Python reticulated
Dugaan terbaik mungkin jatuh ke sanca batik. Ini adalah ular terpanjang di dunia yang mampu mencapai panjang lebih dari 10 meter. Ular piton tidak harus berukuran sepanjang bus untuk memakan sesuatu seukuran manusia.
Ular piton Afrika diketahui sering memakan babi atau rusa, dan serangan terhadap manusia memang terjadi.
Sebuah studi tahun 2011 melaporkan bahwa seperempat penduduk desa di sebuah pulau di Filipina menggambarkan bahwa mereka diserang oleh ular raksasa ini.
Namun, ada masalah jika ular piton ini adalah naga Borneo. Ular ini adalah predaor penyergap yang sebagian besar diam, baik untuk mencerna makanan atau menunggu mangsa yang bergerak cukup dekat untuk dililit dan ditelan.
Masalah lainnya adalah naga yang menelan satu anak per hari, itu jelas bukan cara makan ular piton. Perkiraan terbaik menunjukkan bahwa ular piton liar makan setiap bulan atau setiap enam minggu. Ular ini tidak makan setiap hari.
Ular dapat memakan mangsa yang berukuran 1,5 kali lebih besar dari ukurannya dengan meningkatkan sistem pencernaan mereka. Ketika menangkap makanan, jantung, pankreas, dan orang lainnya membesar, terkadang berlipat ganda untuk mendukung sistem pencernaannya.
Setelah itu, ular akan diam, menurunkan tingkat metabolisme, dan menonaktifkan sistem perncernaan mereka dan itu bisa menunggu lama sampai makanan berikutnya, terkadang membutuhkan waktu lebih dari setahun.
Ada kemungkinan bahwa naga dalam cerita ini didasarkan pada gabungan beberapa ular : keterampilaln berburu ular kobra raja, racun mematikan krait, dan ukuran besar dari ular piton.
Namun demikian, Houlihan, yang telah berbicara dengan penduduk Tujang tentang kisah itu, mengatakan :
"Ular piton besar yang cukup besar untuk membuat orang menghilang tanpa jejak."
"Ketika hutan banjir, selama musim hujan, ular sanca raksasa bisa ada di mana saja. Itu sudah cukup untuk menanamkan rasa takut bahkan pada para tetua yang paling berani dan paling berpengalaman."
Saat ini, wilayah di mana naga itu muncul disebut Teluk Naga. Suri, warga Tujang yang menangkap ikan di dekat wilayah itu mengatakan : "Sisa-sisa desa termasuk alat-alat kayu besi yang digunakan untuk membunuh naga, masih ada di sana. Tapi pulau tempat naga itu terbelah dua oleh sungai ketika terowongan penduduk desa kebanjiran."
Pak Rusni dan yang lainnya mengatakan bahwa mereka masih melihat naga di dekat air. Naga itu hitam, berkilau, dan sebesar drum minyak. Tapi tidak pernah tinggal lama. Mereka dapat muncul dan menghilang sesuka hati, dan telah mengubah tubuh fisik mereka menjadi makhluk mistis.
Saat ditanya apakah naga membuat mereka takut, mereka menjawab, "tentu saja saya takut pada mereka. Tapi mereka tidak mengganggu kita dan kita tidak pernah mencoba mengganggunya."
Hutan hujan Borneo diketahu berusia 140 juta tahun, salah satu yang tertua di dunia dan selama Jembatan Tanah Zaman Es terakhir, Kalimantan serta pulau-pulau Indonesia lainnya terhubung dengan daratan Asia.
Berbagai spesies bermigrasi dari daratan tersebut ke pulau-pulau untuk berkembang, dan ketika Zaman Es berakhir, jembatan daratan menjadi banjir, membuat makhluk-makhluk di Kalimantan bisa bebas berevolusi dalam isolasi yang relatif.
Sara Ruane dari Museum Sejarah Alam Amerika di New York mengatakan : "Sepertinya setiap keluarga ular entah bagaimana berhasil mencapai Kalimantan. Dan tidak diragukan lagi ada spesies yang belum ditemukan."
BBC diberitahu bahwa penduduk setempat terkadang menyebut tempat di mana mereka bekerja sebagai "Land of the Man-Eating Snakes", itu mungkin merujuk pada cerita Rusni tentang ular raksasa pemakan manusia Borneo.
(Sumber : What were the legendary man-eating snakes of Borneo)
0 comments:
Post a Comment