Bila mendengar kata ‘buaya’, semua orang sekilas berpikir mengenai istilah “buaya darat”. Istilah “buaya darat” seringkali digunakan untuk menggambarkan seorang pria yang tidak setia terhadap pasangannya. Padahal, buaya tergolong sebagai binatang yang setia. Ketika sang betina meti terlebih dahulu, maka buaya jantan tidak akan mencari pasangan lain.
Terlepas dari berbagai pendapat tentang ‘buaya darat’, di sisi lain, semua orang akan mengingat buaya sebagai hewan buas, memiliki gigi tajam, kulit yang keras dan berkaki empat. Tetapi bagaimana bila seekor buaya hanya memiliki dua kaki dan berjalan layaknya manusia?
Seekor buaya purba, yang ditemukan pada situs penggalian Sacheon Jahye-ri, merupakan spesies Batrachopus grandis. Spesies ini mengejar mangsa di darat dengan kedua kaki seperti manusia, demikian lansir bigthink.com.
Pada sebuah riset yang dipublikasikan pada Scientific Reports, Formasi Jinju, Korea Selatan berhasil menemukan 100 jejak kaki fosil yang masih utuh dan mengejutkan. Penemuan ini berasal dari daerah yang kini bernama Sacheon di Korea Selatan.
Analisis menunjukkan bahwa jejak kaki fosil tersebut diidentifikasi sebagai buaya sepanjang tiga meter yang berjalan dengan kaki belakang seperti manusia. Kemudian dikenal dengan nama Batrachopus grandis dan termasuk dalam keluarga crocodylomorph.
Predator penyerang ini telah berevolusi dengan lingkungan habitatnya. Buaya purba berhasil selamat dan hidup lebih lama dari ancaman kepunahan 65 juta tahun yang lalu. Fosil buaya purba yang ditemukan bahkan sangat identik dengan buaya masa kini. Itu-lah mengapa buaya sering disebut sebagai fosil hidup.
Fosil yang ditemukan juga menunjukkan garis keturunan crocodylomorphs yang masih ada. Crocodylomorphs merupakan kelompok archosaurs termasuk buaya dan sejenisnya. Garis keturunan ini membuat kedinamisan dari keturunan buaya. Bahkan crocodylomorph dahulu tidak berkembang seperti sepupu mereka.
Sebuah penemuan baru di Korea Selatan menunjukkan satu spesies buaya turun ke darat dengan kedua kakinya. Penemuan tersebut diperkuat dengan bukti dari jejak fosil yang ditemukan di Formasi Jinju, Korea Selatan.
Situs ini memiliki 100 jejak kaki sepanjang 24 sentimeter yang berasal dari periode Kapur Awal (110-120 juta tahun yang lalu) ditempat sedimen berlumpur. Lokasi ini diklaim sebagai sebuah sungai pada periode kapur Kapur Awal.
Awalnya, para peneliti mempercayai bahwa fosil-fosil ditinggalkan oleh pterosaurus, seekor reptil terbang. Namun, lebih lanjut diketahui bahwa jejak tersebut adalah milik spesies baru bernama Crocodylomorph yang merupakan nenek moyang buaya saat ini.
“Jejak fosil buaya sangat langka di Asia. Jadi, penemuan 100 jejak kaki buaya purba adalah hal yang luar biasa. Sebagai hewan yang berjalan, jejak dari kaki belakang kemungkinan bisa dibuat oleh tangan, tetapi tidak ditemukan bukti ini di situs Korea. ” kata Anthony Romilio, ahli paleontologi di University of Queensland dan anggota tim peneliti.
“fosil-fosil ini sangat spektakuler. Fosil ini bahkan memiliki detail dari jari kaki dan sisik pada telapak kaki mereka.” Lanjut Anthony.
Kelestarian fosil yang sangat baik membuat para peneliti memutuskan untuk memeriksanya kembali. Para peneliti melihat jejak yang datar dan memiliki injakan tumit yang dalam. Ini berarti bahwa jejak tersebut bukan ditinggalkan oleh dinosaurus atau burung.
“Mereka bergerak sama dengan banyak dinosaurus lainnya tetapi jejak tersebut bukan dibuat oleh dinosaurus. Diosaurus dan keturunan burung berjalan di atas kaki. Sementara buaya berjalan di atas telapak kaki dengan jejak tumit yang jelas, seperti yang dilakukan manusia.” jelas Kyung Soo Kim dari Universitas Pendidikan Nasional Chinju, yang memimpin tim peneliti.
Berdasarkan jejak datar dan kulit, para peneliti menyimpulkan jejak tersebut merupakan milik dari Batrachopus grandis, sejenis crocodylomorph yang biasa ditemukan di zaman Mesozoikum Amerika Utara.
Namun, ada yang unik dari jejak pada jalur ini. Jejak fosil Sacheon lebih besar, bukan terbentuk dari jejak buaya dengan 4 kaki dan seukuran kucing. Jejak kaki tersebut memiliki panjang 24 centimeter (cm) yang berasal dari hewan dengan kaki seperti manusia dan panjang badan lebih dari 3 meter.
Jejak-jejak kaki kuno tersebut mirip dengan jejak yang dibuat oleh manusia, yaitu panjang dan ramping dengan tumit yang menonjol. Tetapi terdapat ciri-ciri tambahan yaitu jejaknya bersisik tebal mulai dari tapak kaki hingga jari kaki yang panjang dengan jangkauan lebih luas.
Kim mengatakan bahwa jejak Sacheon tidak menghasilka cetakan menyerupai telapak tangan dan jarak langkah lebih sempit seolah-olah dengan berjalan seimbang di atas seutas tali.
Keseluruhan bukti menunjukkan bahwa buaya berjalan dengan dua kaki. Berdasarkan ukuran jejak kaki dan jarak antara kaki, para peneliti membayangkan bahwa crocodylomorph berukuran panjang lebih dari tiga meter dan mempunyai kaki yang tingginya sama dengan manusia dewasa. Para peneliti menamakan mereka Batrachopus grandis.
Para peneliti menerbitkan temuan tersebut dalam Laporan Ilmiah Peer-review.
Sampai saat ini, bukti adanya Batrachopus grandis hanya berdasarkan jejak kaki. Dalam studi, para peneliti mencatat kemungkinan bahwa crocodylomorph menggunakan kaki belakangnya untuk melewati saluran air.
0 comments:
Post a Comment