Potongan papirus yang menuliskan bahwa Yesus punya istri, dan diklaim oleh Vatikan sebagai pemalsuan modern, telah dikonfirmasi sebagai dokumen kuno asli. Ilmuwan dari beberapa universitas bergengsi AS mengatakan bahwa papirus tersebut ditulis antara abad keempat hingga abad ke delapan.
Fragmen papirus ditulis dalam bahasa Koptik kuno berbunyi: "Yesus berkata kepada mereka, "Istri saya" 'dan' ... dia akan dapat menjadi murid-ku ... "
Sejarawan dan pemimpin agama telah sama-sama berusaha untuk membuktikan dan menyangkal kredibilitas papirus itu setelah papirus tersebut ditunjukkan kepada dunia sekitar 18 bulan yang lalu oleh profesor Harvard Karen King.
Beberapa ahli mengklaim bahwa jika papirus itu benar, hal itu dapat digunakan untuk membuktikan bahwa Yesus menikah bukan selibat, yang dapat merusak salah satu ajaran utama Gereja.
Sebuah surat kabar Vatikan dengan marah mengatakan bahwa papirus tersebut adalah palsu. Dalam editorialnya yang ditulis oleh editor Giovanni Maria Vian, mengatakan 'Bagaimanapun itu adalah palsu' dan mempertanyakan keaslian dokumen tersebut.
Studi baru yang dipublikasikan dalam Harvard Theological Review, mengungkapkan hasil tes penanggalan karbon terbaru yang dilakukan pada dokumen tersebut menemukan bahwa tulisan itu dibuat pada abad kedelapan di Mesir, sekitar 400 tahun lebih baru dari yang diprediksi oleh Profesor King pada awalnya.
Pengujian tambahan menunjukkan bahwa komposisi kimia tinta konsisten dengan tinta lain yang digunakan oleh orang Mesir kuno, sedangkan pencitraan mikroskopis tidak menemukan tinta yang mencurigakan yang oleh para kritikus papirus dikatakan bahwa tinta yang digunakan adalah tinta dari masa yang lebih baru.
Pada saat papirus itu awalnya terungkap, Vatikan didukung oleh seorang sarjana Inggris menyebutkan papirus kuno itu 'palsu'.
Ahli Perjanjian Baru Profesor Francis Watson dari Durham University mengatakan bahwa fragmen adalah kolase teks dari Injil Thomas, disalin dan dipasang kembali dengan ngawur ke papirus Koptik kuno yang buruk.
Tapi Profesor King mengatakan: 'Saya pada dasarnya berharap bahwa kita dapat melewati masalah isu pemalsuan dan membahas pentingnya fragmen ini untuk sejarah kekristenan.
Papirus, yang kira-kira seukuran kartu nama ini, tampaknya telah ditulis lebih baru dari Injil Perjanjian Baru, yang dianggap sebagai awal dan karena itu menjadi sumber-sumber informasi yang paling dapat diandalkan oleh umat kristen tentang kehidupan Kristus.
Profesor King berpikir bahwa teks disalin dari dokumen sebelumnya, mungkin ditulis dalam bahasa Yunani, dan berpikir bahwa teks itu penting dalam menunjukkan bagaimana kekristenan menyebar melalui Mediterania.
Papirus tersebut kini telah diperiksa oleh sarjana teknik elektro, kimia dan ahli biologi dari Columbia University, Harvard University dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang telah menyatakan bahwa perkamen tersebut memang berusia beberapa ratus tahun, menurut The New York Times.
Salah satu interpretasi dari papyrus ini adalah bahwa jika Yesus beristri, maka dokumen ini bertentangan dengan representasi resmi berabad-abad dari Maria Magdalena yang dikatakan sebagai pelacur yang bertobat dan menjungkirbalikkan cita-cita Kristen mengenai selibat.
Pada saat papirus itu diumumkan, Profesor King mengatakan kepada Smithsonian Magazine bahwa fragmen tersebut bertentangan dengan seluruh klaim Katolik mengenai selibat imamat berdasarkan selibat Yesus.
Profesor King berspekulasi bahwa apa yang disebut Injil tentang istri Yesus mungkin telah 'dibuang' karena ide itu begitu kuat melawan praktek asketisme Kristen dan pemahaman pernikahan dan hubungan seksual dalam kependetaan.
Representasi Yesus sebagai manusia dengan segala hawa nafsu dan kebutuhan duniawi tidak bertahan dalam doktrin gereja-gereja yang didirikan setelahnya, yang menekankan selibat dan asketisme sebagai spiritual ideal.
Uji karbon pertama yang dilakukan pada dokumen tersebut oleh Arizona Accelerator Mass Spectrometry Laboratory menunjukkan bahwa dokumen tersebut bertanggal kembali antara 200 dan 400 tahun setelah kelahiran Yesus, sedangkan tes kedua oleh Harvard menunjukkan bertanggal kembali sekitar 741AD.
Para ahli di Columbia University menguji tinta kuno pada dokumen tersebut dengan menggunakan teknik yang disebut spektroskopi Raman mikro untuk memeriksa komposisi kimianya sebelum membandingkannya dengan dokumen sejenis lainnya dalam koleksi.
Asalnya papirus ini juga telah dipertanyakan. Pemilik dokumen telah meminta untuk tetap anonim tetapi mengatakan bahwa ia memperoleh artefak bersama dengan lima papirus lain pada tahun 1999 dari seorang kolektor yang mendapatkannya pada tahun 1960 di Jerman Timur.
0 comments:
Post a Comment