This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.
Tuesday, March 29, 2022
Puluhan Mumi Mesir Kuno Peninggalan Zaman Firaun Ditemukan
Sunday, March 27, 2022
Manusia Purba Membuat Rumah Pertamanya di Dataran Tinggi 30 Ribu Tahun Lalu
Saturday, March 26, 2022
Pinus Heldreich, Pohon Tertua di Pedalaman Eropa Berusia 1230 Tahun
Friday, March 25, 2022
Sisa Pohon Mahoni Tertua Ditemukan, Disebut Hidup di Zaman Dinosaurus
Wednesday, March 23, 2022
Fosil Tertua di Dunia Ditemukan di Skotlandia, Usianya 1 Miliar Tahun
Badak Berbulu Purba Ditemukan Membeku di Siberia, 80 Persen Utuh
Monday, March 21, 2022
Dinosaurus Ini Memiliki Pendingin Udara Yang Rumit di Tengkoraknya
Sunday, March 20, 2022
Tsar Bomba, Bom Nuklir Terkuat yang Pernah Diledakan Milik Uni Soviet
Terhitung sampai dengan tahun 2020, ada 13.400 senjata nuklir di seluruh dunia. Kebanyakan senjata nuklir dimiliki oleh Rusia dan Amerika Serikat, lalu dari kedua negara tersebut manakah yang mempunyai senjata nuklir terkuat?
Dilansir dari howstuffworks, sebuah pesawat pembom Tu-95 buatan Uni Soviet terbang menuju Novaya Zemlya pada 30 Oktober 1961. Novaya Zemlya yang merupakan kepulauan terpencil di Samudra Arktika itu kerap menjadi lokasi uji coba senjata nuklir Uni Soviet.
Bagi semua orang yang terlibat kala itu, 30 Oktober 1961 bukanlah hari biasa. Tu-95 membawa "penumpang" yang dipasangkan di bagian bawah perut pesawat karena tidak muat untuk diletakan di ruang penyimpanan nuklir "normal".
Perangkat berbentuk silindris dengan panjang delapan meter dan berat 27 ton itu memiliki nama resmi izdeliye 602 atau item 602. Namun, senjata ini lebih dikenal dengan nama Tsar Bomba atau The Emperor of Bombs (Kaisar Bomb). Julukan itu tidak berlebihan mengingat daya ledaknya yang diperkirakan mencapai 57 megaton. Sekitar 3.800 kali lebih kuat jika dibandingkan oleh bom atom dengan daya ledak 15 kiloton yang meluluhlantakkan Hiroshima tahun 1945.
Tsar Bomba sangat berbahaya dan oleh karena itu ia dijatuhkan dengan parasut. Hal tersebut dilakukan untuk melambatkan waktu jatuhnya dan memberikan kesempatan kru pesawat untuk segera terbang menjauhkan diri. Bom meledak pada ketinggian 13.000 kaki atau empat kilometer di atas target.
Ledakan yang dihasilkan begitu kuat hingga menghancurkan segala yang dilaluinya dalam radius 35 kilometer. Awan jamur hasil ledakan menjulang tinggi hampir menyentuh 200.000 kaki atau 60 kilometer. Tidak sampai di situ saja, rumah-rumah kayu hancur dan bangunan dari batu bata mengalami kerusakan di kota-kota Soviet kala itu yang berjarak 160 kilometer dari episentrum ledakan.
Tsar Bomba kembali menjadi pembicaraan hangat pada Agustus 2020. Itu disebabkan oleh Badan Usaha Milik Negara Rusia yang bergerak dibidang energi nuklir mengunggah rekaman ledakan Tsar Bomba di YouTube. Rekaman menunjukkan pemandangan udara dari ledakan dan awan jamur yang menjulang.
Salah satu juru kamera yang merekam peristiwa itu menggambarkan ledakan bom menciptakan kilatan putih kuat di atas cakrawala. Berselang cukup lama, dia mendengar suara dentuman berat, seolah-olah Bumi telah terbunuh.
Sementara itu, meningkatnya ketegangan antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat kala itu digadang-gadang menjadi penyebab dibuatnya Tsar Bomba. Pertemuan antara pemimpin dari kedua belah pihak, Nikita Khrushchev dan John F. Kennedy pada Juni 1961 di Wina berjalan buruk.
Krushchev memutuskan untuk melampiaskan rasa frustrasi dengan memamerkan kehebatan militernya. Sekaligus mengakhiri moratium informal uji coba nuklir antara Uni Soviet dan Amerika Serikat semenjak 1950-an dengan meledakan Tsar Bomba.
Pengujian ledakan Tsar Bomba memberi kesempatan bagi ilmuwan senjata Uni Soviet untuk mengembangkan bom hidrogen raksasa. Bom yang akan jauh lebih kuat dan besar daripada senjata paling kuat yang dimiliki Amerika Serikat.
"Pada waktu itu rudal yang mampu menyerang negara-negara yang jauh masih dalam masa perkembangan. Uni Soviet sendiri tidak memiliki banyak pembom strategis, sebaliknya Amerika Serikat memiliki banyak pesawat yang dapat menyerang pangkalan militer dekat dengan wilayah Soviet," jelas Nikolai Sokov, peneliti senior berafiliasi dengan James Martin Center for Nonproliferation Studies di Institut Studi Internasional Middlebury di Monterey, California, Amerika Serikat.
Nikolai Sokov menambahkan sangatlah masuk akal bagi Soviet untuk membuat Tsar Bomba. Jika Soviet hanya dapat mengirimkan satu, dua, atau tiga bom, bom-bom itu haruslah lebih kuat. Ilmuwan senjata Soviet mendorong gagasan itu dengan ekstrem. Awalnya mereka ingin membuat senjata dengan daya ledak 100 megaton dan tingkat radiasi yang tinggi. Namun, politisi Soviet mengkhawatirkan kontaminasi apabila senjata semacam itu diledakan.
"Oleh karena batasan itulah (Tsar Bomba) memiliki daya ledak yang dibatasi, jauh lebih dibatasi dari ide awal. Meskipun begitu, gelombang kejutnya sangatlah kuat dan mengelilingi Bumi hingga tiga kali," kata Sokov.
Walaupun upaya pembatasan agar ledakan bom tidak terlalu parah sudah dilakukan. Pihak berwenang Jepang menemukan tingkat radiasi tinggi dalam air hujan yang pernah terdeteksi. Selain itu mereka juga menemukan awan abu radioaktif yang tidak terlihat melayang ke timur melintasi Samudra Pasifik hingga Amerika Utara.
Pada saat itu ilmuwan meyakinkan publik bahwa sebagian besar sisa-sisa dari ledakan Tsar Bomba akan tetap berada di stratosfer dan secara bertahap kehilangan radioaktivitasnya pada saat jatuh ke Bumi. Ledakan Tsar Bomba menjadi berita utama di Amerika Serikat pada waktu itu. Mereka sempat terpikir untuk mengambil opsi yang sama dengan Soviet, sama-sama membuat bom hidrogen raksasa. Namun, opsi itu tidak diambil karena berbagai pertimbangan.
"Secara teoretis, tidak ada batasan seberapa besar bom hidrogen dapat dibuat. Tsar Bomba jelas akan membunuh lebih banyak orang (jika digunakan dalam perang). Namun akurasi bisa menjadi pilihan ketika dioptimalkan dan cara inilah yang akhirnya dipilih Amerika Serikat dan diikuti oleh Soviet," jelas Robert Standish Norris, rekan senior untuk kebijakan nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika Serikat.
"Semua orang mengerti bahwa Tsar Bomba terlalu besar untuk menjadi senjata praktis. Dari sudut pandang kekuatan penghancur, lebih efisien menggunakan beberapa senjata kecil daripada satu senjata besar," ujar Pavel Podvig, seorang ahli nuklir dan peneliti dari Universitas Princeton.
Pada akhirnya Sokov menjelaskan sekitar tahun 1964, Uni Soviet beralih untuk mengembangkan dari bom hidrogen raksasa ke ICBM atau rudal balistik antarbenua. Rudal ini dapat membawa beberapa hulu ledak nuklir dan dapat menyerang target yang berbeda. Pada tahun 1970-an hanya lima persen dari nuklir Soviet masih dalam bentuk bom yang dapat dijatuhkan dari pesawat.
Saturday, March 19, 2022
Kontroversi Anak Lapedo: Hasil Kawin Silang Manusia dan Neanderthal?
Penemuan tulang-tulang milik seorang anak berusia empat tahun di Lembah Lapedo, Portugal, merupakan kerangka Palaeolitik lengkap pertama yang pernah ditemukan di Iberia. Pentingnya penemuan ini jauh lebih besar dari fakta bahwa anak hidup hidup di zaman Paleolitikum Sebab, analisis terhadap tulang-tulang tersebut mengungkapkan bahwa anak itu memiliki dagu dan lengan bawah manusia, tetapi rahang dan tubuh Neanderthal.
Sifat-sifat unik pada kerangka anak yang kini disebut anak Lapedo itu menunjukkan bahwa ia adalah hibrida, hasil kawin silang antara dua spesies. Temuan ini meragukan teori yang telah diterima sebelumnya bahwa Neanderthal telah menghilang dari bumi sekitar 30.000 tahun lalu dan digantikan oleh Cro-Magnon, manusia modern awal pertama.
Temuan kerangka anak Lapedo ini justru menunjukkan bahwa Neanderthal kawin dengan manusia modern dan menjadi bagian dari keluarga kita. Ini adalah sebuah fakta yang akan memiliki implikasi dramatis bagi para ahli teori evolusi di seluruh dunia.
Penemuan kerangka anak Lapedo itu terjadi pada November 1998 ketika arkeolog João Maurício dan Pedro Souto pergi ke Lembah Lapedo untuk menyelidiki laporan bahwa lukisan batu prasejarah telah ditemukan di sana. Dan ternyata itu ternyata benar.
Dalam penyelidikan lebih lanjut, mereka menemukan tempat perlindungan batu kapur yang kini disebut situs Lagar Velho. Bagian atas dua atau tiga meter dari isinya telah dibuldoser pada tahun 1992 oleh pemilik tanah, yang meninggalkan sisa-sisa sedimen yang menggantung di celah di sepanjang dinding belakang.
Sisa-sisa sedimen tersebut berisi alat-alat batu Paleolitik, tulang-tulang binatang, arang, dan kepadatan benda sejenisnya. Hal ini jelas menunjukkan bahwa Lagar Velho pernah menjadi situs pendudukan atau tempat tinggal yang penting.
Penggalian selanjutnya mengkonfirmasi hal ini. Selain itu, berdasarkan penanggalan radiokarbon, situs itu diketahui berusia antara 23.170 sampai 20.220 tahun.
Sambil mengumpulkan material permukaan yang jatuh dari sisa-sisa sedimen di situs tersebut, João dan Pedro memeriksa ceruk di dinding belakangnya. Dalam sedimen-sedimen yang lepas itu mereka menemukan beberapa tulang kecil yang diwarnai dengan oker merah yang mereka pikir mungkin miliki manusia.
Akhirnya diketahui, sedimen ini ternyata bekas kuburan anak-anak, sebagaimana dilansir Ancient Origins. Ini adalah satu-satunya pemakaman Paleolitik yang pernah ditemukan di Semenanjung Iberia.
Anak ini telah dikubur dengan hati-hati dalam posisi memanjang di lubang yang dangkal sehingga kepala dan kaki lebih tinggi dari pinggul. Mayatnya telah dibaringkan di dahan pohon pinus Skotlandia yang terbakar. Oker yang sangat tebal ditemukan di sekitar kepala dan permukaan atas dan bawah tulang anak itu.
Bangkai kelinci lengkap ditemukan di antara kaki anak itu. Selain itu, ada juga enam ornamen yang ditemukan, yakni empat gigi rusa yang tampaknya menjadi bagian dari hiasan kepala, dan dua cangkang periwinkle dari Atlantik yang dianggap sebagai bagian dari liontin.
Sebuah proyek penggalian diluncurkan untuk mengambil semua sisa-sisa tubuh anak itu. Setelah proses pengangkatan dan pemulihan terhadap tulang-tulang anak itu selesai, sisa-sisa kerangkanya kemudian dikirim ke antropolog Erik Trinkaus dari Washington University untuk dianalisis.
inilah saat penemuan paling mengejutkan terjadi. Trinkaus menemukan bahwa proporsi tungkai bawah anak itu bukanlah manusia modern, tetapi lebih mirip dengan Neanderthal. Di sisi lain, bentuk tengkorak secara keseluruhan modern, seperti bentuk telinga bagian dalam, dan karakteristik gigi. Meskipun tengkoraknya paling mirip dengan tengkorak manusia modern, satu anomali terdeteksi, yakni lubang di daerah oksipital anak itu memiliki ciri diagnostik dan genetik Neanderthal.
Trinkaus menyimpulkan bahwa anak Lapedo adalah mosaik morfologis, hibrida dari Neanderthal dan manusia modern secara anatomis. Namun kedua bentuk manusia itu diperkirakan tidak hidup berdampingan lebih dari 28.000 tahun yang lalu di Iberia. Bagaimana mungkin anak itu memiliki ciri-ciri dari kedua bentuk itu?
Pertanyaan tersebut menimbulkan perdebatan sengit di antara para ahli. Beberapa di antara mereka menerima bahwa penemuan anak Lapedo membuktikan bahwa Neanderthal kawin silang dengan manusia modern, sementara yang lain menolak untuk berpisah dengan pandangan lama bahwa Neanderthal telah mati dan digantikan oleh spesies lain, tidak hidup berdampingan dengan manusia modern.
Saat ini teori yang paling populer adalah bahwa sisa-sisa kerangka itu adalah anak modern dengan sifat-sifat Neanderthal yang diwariskan secara genetik. Hal ini berarti bahwa Neanderthal terakhir dari Iberia, dan mungkin juga bagian Eropa lainnya, berkontribusi pada kumpulan gen populasi
Friday, March 18, 2022
Arkeolog Temukan Batu Batas Suci Kota Roma Kuno Berusia 2.000 Tahun
Thursday, March 17, 2022
Temuan Rahang Singa, Diduga Buruan Raja Anitta 4.000 Tahun Lalu
Kisah Raja Minoan Hingga Mitologi Yunani Terhadap Monster Minotaur
Monday, March 14, 2022
Telisik Terowongan Misterius Bekas Pengorbanan Mayat Era Celtic Kuno
Friday, March 11, 2022
Eksoplanet yang Punya Atmosfer Berlapis seperti Bumi Ditemukan
Lapis Niger dari Romawi, Tempat Suci Misterius yang Dilupakan
Lapis Niger adalah suaka atau tempat suci kuno dan sisa-sisa Comitium di Roma. Beberapa orang Roma meyakini tempat ini sebagai makam suci yang dihormati dari pendiri kota yang legendaris, Romulus.
Keberadaan Lapis Niger, yang berarti "Batu Hitam" dalam bahasa Latin, pertama kali terungkap dalam serangkaian penggalian oleh Giacomo Boni pada tahun 1899-1900. Lokasi penggalian ini terletak di antara Curia Julia dan Arch of Septimius Severus di Forum Roma.
Upaya penggalian Boni berhasil mengungkapkan trotoar hitam seluas empat belas meter persegi, yang di bawahnya ada ruang bawah tanah. Ruang bawah tanah itu berasal dari antara abad ke-6 Sebelum Masehi hingga abad ke-2 Sebelum Masehi.
Trotoar ini mengandung endapan nazar yang substansial dalam kerikil. Mulai dari hadiah persembahan, berhala kecil, potongan relief terakota, pecahan vas dan tulang belulang hewan kurban, hingga koleksi batu hasil kerajinan tangan.
Dahulu, tempat suci ini memiliki sebuah altar berbentuk tapal kuda terbuka dari tahun 350-300 Sebelum Masehi. Selain itu, tempat suci ini juga memiliki sebuah kolom yang mungkin didedikasikan untuk pemujaan kultus dan sebuah prasasti bertuliskan dengan teks boustrophedonik yang tetap menjadi contoh paling awal dari sebuah prasasti Latin Kuno yang berasal dari 570–550 Sebelum Masehi.
Arti dari prasasti itu sulit untuk dipahami. Namun beberapa ahli telah menyarankan bahwa prasasti itu mengacu pada bagian kuno dari hukum ritual.
Yang pasti, teks dalam prasasti tersebut menyebutkan "rex", yang bisa merujuk pada raja-raja Romawi selama periode kerajaan Romawi, atau "rex sacrorum" selama masa Republik.
Selama Kekaisaran Romawi, tempat kudus itu dipandang sebagai tempat yang sangat penting. Namun tempat itu kemudian dikaburkan dalam mitologi kuno dan beberapa cerita yang saling bertentangan mengenai asal-usulnya.
Para penulis dari periode Kekaisaran awal seperti Dionysius dari Halicarnassus, Plutarch, Varro, dan Pompeius Festus, menulis tentang tempat kudus itu dengan cara yang tidak pasti dan ambigu.