About

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Monday, October 31, 2022

Arkeolog Menemukan Istana Megah Cleopatra, Ratu Mesir Yang Hilang


Dahulu seorang perempuan diidentikan dengan mengurus rumah tangga dan memasak di dapur. Bahkan, perempuan hanya boleh mengurus anak tanpa bekerja. Anggapan bahwa perempuan tidak boleh bekerja, kini, banyak ditepis dengan adanya emansipasi wanita. Banyak tokoh perempuan Indonesia maupun dunia yang bekerja menjadi tulang punggung keluarga hingga terjun ke dunia politik.

Strong ladies merupakan istilah yang tepat untuk menggambarkan para perempuan yang kini mampu berkarya dan tegap berdiri sendiri. Dengan jaman yang semakin berkembang, banyak tokoh wanita yang menginspirasi, seperti Susi Pudjiastuti seorang mantan Menteri Kelautan dan Perikanan. Sri Mulyani seorang Menteri Keuangan Republik Indonesia. Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial Republik Indonesia hingga Michelle Obama seorang istri yang selalu mendukung Barack Obama.

“Wanita ibarat lingkaran sempurna. Di dalam dirinya terdapat kekuatan untuk menciptakan, memelihara dan mengubah.” Inilah makna perempuan menurut Diane Mariechild, seorang penulis buku internasional.

Sosok perempuan paling terkenal saat itu adalah Cleopatra. Cleopatra menjadi simbol perempuan terkuat, cerdas serta ahli politik terkenal sampai Agustus, 30 SM. Dia selain fasih berbicara dalam bahasa Mesir juga mampu menggunakan bahasa Yunani serta tujuh bahasa asing lainnya. Sebagai perempuan tangguh, Cleopatra tidak pernah berhenti belajar. Perempuan nan cantik elok ini pun turut mempelajari astronomi, matematika, fisika dan filsafat.

Sayangnya, dibalik segala kecerdasannya, banyak yang berpendapat bahwa Cleopatra merupakan sosok yang licik karena menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekuasaan. Selain itu skandal percintaan Cleopatra pun menjadi hal yang patut untuk diperbincangkan.

Cleopatra bahkan pernah menikahi kedua kakak laki-lakinya, yaitu Ptolemy XIII dan Ptolemy XIV. diusia yang sangat muda. Hal ini tidak bisa ditolak bahkan harus tetap dilakukan oleh keluarga Cleopatra untuk menjaga keturunan tetap memiliki darah bangsawan. Namun, pernikahannya dengan Ptolemy XIII berakhir karena perang saudara dan mengakibatkan kematian.

Tidak perlu waktu lama, Cleopatra pun kembali menikah dengan Ptolemy XIV. Semakin licik, Cleopatra akhirnya membunuh Ptolemy XIV beserta adik perempuan karena dianggap menjadi pesaing dalam mendapatkan tahta Mesir Kuno. Cleopatra pun dikenal dengan hubungan cintanya antara Julius Caesar dan Marc Anthony.

Dengan segala kelicikan dan rencana yang Cleopatra miliki, akhirnya dirinya berhasil menjadi ratu terakhir Mesir Kuno. Setelah memperoleh kekuasaan Mesir Kuno, Cleopatra memutuskan membangun berbagai bangunan besar dengan pilar-pilar indah nan megah.

Seperti dilansir pada laman historicaleve.com, terdapat sebuah penemuan sarat dengan sejarah. Tepatnya di Alexandria, ibu kota Mesir Kuno pada saat itu, ditemukan sebuah istana megah penuh dengan pilar dan patung milik Cleopatra yang telah dinyatakan hilang. Teori mengatakan bahwa hilangnya istana megah dengan kekayaan arsitektur menawan tersebut karena gempa bumi dan gelombang pasang.

Namun, teori tersebut dibantah oleh seorang arkeolog asal Prancis, Franck Goddio, yang berhasil menemukan dan menerjemahkan teks yang ditulis oleh sejarawan Yunani Kuno Strabo. Franck Goddio menyadari bahwa harta karun, istana Cleopatra, masih tersimpan di suatu tempat.

Keyakinan Franck Goddio yang menggebu dibuktikan dengan pemikiran para filsuf tentang Alexandria. Sebuah kota bernama Antirhodos, sebuah pulau di lepas pantai ibu kota, dianggap sebagai istana sebenarnya sang ratu Cleopatra. Berdasarkan penemuan ini, para peneliti memutuskan melakukan ekspedisi dan menemukan tempat yang hilang yaitu, Kota Atlantis Mesir Kuno.

Pada 1996, ekspedisi percarian Kota Atlantis Mesir Kuno dimulai. Ternyata ada hal berbeda dari naskah yang ditulis oleh Strabo yaitu istana Cleopatra tidak besar. Istana tersbeut sederhana, antara 90 meter kali 30 meter. Lantainya terbuat dari marmer abad ke ketiga SM serta ditemukan beberapa artefak kuno

"Keramik, koin perunggu hingga benda-benda kecil yang ditemukan, sekarang berada di laboratorium dan dirawat. Benda-benda luar biasa yang berhasil ditemukan,” kata Ashraf Abdel Raouf, salah satu peneliti yang terlibat dalam ekspedisi Kota Atlantik Mesir Kuno.

Harta karun yang mencapai 20.000 benda mengungkapkan lebih banyak informasi tentang ribuan tahun sejarah Mesir. Selain patung-patung kolosal lainnya, terdapat sebuah patung kolosal yang menarik. Patung yang terbuat dari batu granit  dan mewakili penguasa Ptolemeus, yaitu ayah Cleopatra, Ptolemy XII Auletes.

Penemuan lainnya adalah sphinx di bawah air yaitu satu, besar dan mewakili dewi keibuan dan kesuburan Mesir, Isis. Para peneliti menemukan patung kepala yang dipercaya para peneliti patung tersebut adalah Ptolemy XV Caesar, putra dari Cleopatra dan Julius Caesar.

“Banyak peninggalan menarik, huruf besar dan kecil, blok granit, dan lainnya," kata Rauf. "Kami akan menempatkan penemuan tersebut sebagai bagian dari dasar museum bawah laut sehingga orang lain dapat menyelam ke area ini dan melihat secara langsung”.






 

Sunday, October 30, 2022

Ragam Penggambaran Iblis oleh Pelukis dan Penyair dari Masa ke Masa


Satan, dilukiskan sebagai binatang buas yang meremukkan tulang orang berdosa di sarang bawah tanahnya. Lucifer, malaikat yang melawan tatanan yang sudah ada. Mephistopheles, penipu yang memengaruhi manusia. Ketiga iblis yang berbeda ini muncul dalam narasi perjalanan kosmologi manusia.

Akan tetapi, tidak seperti literasi iblis lainnya, "Satan"—atau setan dalam bahasa Indonesia—dalam Alkitab adalah karakter minor, dengan sedikit informasi tentang perbuatan atau penampilanya. Jadi, bagaimana mereka bisa menjadi karakter antagonis dengan begitu banyak bentuk yang berbeda?

Dalam Perjanjian Baru, setan dikisahkan lebih banyak dalam tindakan: menggoda Yesus, atau merasuki seseorang. Akhirnya, imaji orang tentang setan muncul sebagai naga raksasa yang dilempar ke neraka. Para pelukis dan penulis abad pertengahan kerap menggambarkan setan sebagai mahluk besar bersisik berbulu lebat dengan kuku jari kaki yang besar.

Penyair Italia, Dante Alighieri, melambangkan setan yang terbungkus dalam lingkaran neraka ke sembilan yang muncul dalam bukunya Inferno. Setan dalam deskripsi Dante adalah raksasa berkepala tiga, bersayap kelelawar yang berpesta dengan orang-orang berdosa.

Sementara itu, dalam lukisan St. Augustine and the Devil karya Michael Pacher, iblis muncul sebagai kadal yang tegak. Dengan miniatur wajah yang berkilauan di muka dan bokongnya.
Lalu, pada zaman Renaisans, iblis mulai mengambil bentuk yang lebih manusawi. Para seniman melukisnya sebagai pria dengan kuku terbelah dan tanduk yang melengkung. Terinspirasi oleh Pan, dewa alam liar Yunani. 

Karya berjudul Paradise Lost pada 1667, penyair Inggris John Milton menggambarkan iblis sebagai Lucifer. Dia melukiskannya sebagai malaikat yang memberontak dengan alasan bahwa Tuhan terlalu berkuasa, yang menendangnya dari surga. 

Lucifer versi Milton memberikan kesan yang ambigu. Alih-alih menggambarkan sosok yang murni, sang malaikat kegelapan ini justru menjadi karakter ikonik romantik pada 1800-an sebagai pahlawan yang menentang kekuatan lebih tinggi, untuk mengejar kebenaran esensial. 


Kemudian pada cerita Jerman, Dokter Faust pada abad ke-16 kita bisa melihat iblis bernama Mephistopheles. Faust adalah seorang sarjanya yang tidak puas, menjanjikan jiwanya kepada iblis dengan imbalan kesenangan. Ia bisa cepat mendapat wanita, kekuasaan, dan uang. 

Dalam versi Johann Wolfang van Goethe, Mephistopheles menipu Faust dengan kesepakatan yang mengerikan untuk keuntungan jangka pendek. Pada suatu pentas Goethe, Mephistopheles muncul dengan celana ketat berjubah merah. Iblis ini sering dimainkan dengan peran penipu yang menawan. Setelan merahnya yang terkenal itu menggoda banyak seniman untuk memperbaharui karakternya, bahkan juga tampil di karakter komik Marvel.

Saturday, October 29, 2022

Fakta yang Perlu Anda Tahu Seputar Jatuhnya Meteorit di Lampung Tengah


Dua meteorit ditemukan jatuh di pedalaman Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Peristiwa yang terjadi pada awal tahun 2021 ini cukup menarik perhatian publik. Sebab, ada dua rumah warga lokal yang tertimpa meteorit-meteorit ini sehingga atapnya bolong.

Ma’rufin Sudibyo, astronom amatir yang tekun mengamati benda-benda langit yang memasuki wilayah Indonesia, menjelaskan dalam kolomnya di KOMPAS.com bahwa jatuhnya meteorit ke Bumi sebenarnya bukanlah peristiwa yang istimewa, tapi hal yang biasa karena secara statistik frekuensinya cukup sering terjadi. Namun begitu, ada hal-hal menarik yang bisa jadi pelajaran dari ditemukannya batuan meteorit oleh warga setempat di Lampung Tengah. Berikut ini hal-hal menarik terkait kejadian tersebut yang mungkin ingin Anda ketahui dan bisa menambah wawasan kita bersama.

Kronologi                          

Kejadian ditemukannya meteorit di Lampung Tengah ini didahului oleh munculnya suara dentuman menggelegar yang menggetarkan gendang telinga sebagian penduduk daratan Lampung pada Kamis 28 Januari 2021 pukul 21:53 WIB. Saksi mata juga melaporkan adanya kilatan cahaya di langit.

Segera setelah cahaya menghilang, pada lintasan kilatan yang sama terlihat penampakan mirip gumpalan awan yang panjang dan lurus hingga beberapa belas menit kemudian. Awan ini mengandung ciri jejak asap (smoke trails) yang khas dalam kejadian tumbukan benda langit.

Jejak asap tersebut merupakan jejak kondensasi yang membentuk awan noktilusen di lapisan stratosfer hingga ke ketinggian maksimum 80 kilometer di atas permukaan Bumi. Ini memang merupakan sebagian ciri awal atas keberadaan meteorit yang jatuh ke Bumi.

Perlu dicatat, sebelum memasuki atmosfer Bumi dan masih melayang-layang di luar angkasa, batuan langit ini masih disebut sebagai meteorid. Adapun ketika batuan langit ini memasuki atmosfer Bumi dan terbakar akibat bergesekan dengan lapisan atmosfer sehingga kemudian memunculkan kilatan cahaya, ia masih disebut sebagai meteor. Nah, barulah ketika ia berhasil mencapai permukaan Bumi tanpa terbakar habis alias masih tersisa, batuan langit ini kemudian disebut sebagai meteorit.

Terekam Seismometer                                                        

Peristiwa jatuhnya meteor atau yang kerap disebut “bintang jatuh” di Lampung Tengah ini ternyata juga terekam oleh tiga sensor seismometer yang beroperasi di bawah payung sistem peringatan dini tsunami Indonesia dan dikelola oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Ketiga sensor tersebut adalah sensor UTSI, KASI dan PSSM yang terletak di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, di sisi barat Pulau Sumatera.

Tiga sensor tersebut merekam usikan seismik unik yang bukan berasal dari kejadian gempa bumi tektonik. Usikan tersebut berkaitan dengan Peristiwa Lampung Tengah, khususnya dari sisi runut waktu.

Usikan seismik unik tersebut pertama kali terdeteksi di sensor UTSI, 10 detik kemudian terdeteksi sensor KASI, dan 10 detik berikutnya terdeteksi di sensor PSSM. Runut waktu tersebut mengindikasikan, sumber usikan seismik itu berada di arah timur laut dari ketiga sensor, yang berimpit dengan arah ke Kabupaten Lampung Tengah.

Dua meteorit yang ditemukan di Lampung Tengah ini bertipe siderolit (besi-batuan). Meteorit pertama dengan massa sekitar 2,2 kilogram menembus tepi atap dan jatuh di sisi luar dinding sebuah rumah di Dusun 5 Desa Astomulyo. Sedangkan meteorit kedua yang lebih ringan dengan massa sekitar 0,3 kilogram ditemukan sehari berikutnya di Desa Mojopahit, sekitar 3 kilometer sebelah utara dari lokasi temuan meteorit pertama.

Meteorit kedua juga menembus atap sebuah rumah dan jatuh menimpa kasur yang tak dipakai. Kedua desa tersebut merupakan bagian dari Kec. Punggur, Kab. Lampung Tengah. Kedua meteorit memang bisa dikenali secara fisik sebagai meteorit. Pola hangusan yang ditemukan di permukaannya merupakan kerak fusi, kerak produk pelelehan yang singkat dan cepat selama menembus atmosfer.

Temuan meteorit, suara dentuman, kilatan cahaya, dan usikan seismik unik ini menjadi bukti kuat bahwa peristiwa di Lampung Tengah memang merupakan kejadian tumbukan benda langit, tepatnya antara meteorid dan Bumi. Yakni, masuknya meteoroid sedang ke atmosfer Bumi untuk kemudian berubah menjadi meteor terang (fireball) maupun meteor sangat terang (boloid).

Di lapisan atmosfer yang lebih padat, meteor mengalami fragmentasi berganda disusul kejadian mirip–ledakan di udara (airburst). Peristiwa ini kemudian berakhir dengan guyuran meteorit yang masih tersisa ke permukaan Bumi.

Peristiwa yang Sebenarnya Sering Terjadi

Setiap kilometer persegi daratan di Bumi rata–rata mendapatkan satu jatuhan meteor dalam tiap 50.000 tahun. Dengan luas daratan yang mencapai 1,9 juta kilometer persegi, maka wilayah Indonesia akan mendapatkan satu jatuhan meteorit dalam setiap 10 hari.

Jika luas daratan yang berpenghuni (dalam bentuk pedesaan hingga perkotaan) turut diperhitungkan, maka peluang menyaksikan satu peristiwa tumbukan benda langit yang menyisakan meteoritnya melambung menjadi sekitar satu kali dalam tiap 50 hingga 60 hari (rata–rata). Statistik tersebut menunjukkan, kejadian tumbukan benda langit adalah fenomena yang sesungguhnya sering terjadi. 

Friday, October 28, 2022

Spesies Ikan yang Jalan di Dasar Laut Ini Telah Punah, Bagaimana Nasib 'Sepupu'-nya?


 Pertama kali dalam sejarah modern spesies ikan laut telah dinyatakan punah. Penghuni dasar perairan dangkal dengan sirip runcung dan tonjolan seperti duri di dahi bernama Sympterichthys unipennis atau handfish halus belum terlihat lagi sejak 1802, ketika ahli biologi Prancis bernama François Péron menyendoknya di dekat pantai Tasmania untuk dibawa ke Museum Sejarah Alam Paris.

Tidak ada handfish mulus yang pernah terlihat lagi meskipun pencarian ekstensif selama bertahun-tahun dilakukan. Melihat hal itu, pada bulan Mei lalu, International Union for the Concervation of Nature (IUCN) mendaftarkannya secara resmi sebagai hewan punah.

Namun, tiga belas spesies handfish lainnya mungkin masih ada, meski tujuh di antaranya belum terlihat sejak tahun 2000. 

Hilangnya ikan handfish halus menyoroti betapa sensitifnya famili ikan itu terhadap gangguan lingkungan seperti perubahan iklim, perusakan habitat, dan polusi. 

Para ilmuwan mengatakan bahwa ini ialah peringatan untuk segala kemungkinan yang terjadi pada spesies handfish dan lainnya yang rentan terlokalisasi.

“Mereka adalah burung kenari di tambang batu bara,” kata Neville Barrett, ahli ikan di Institut Studi Kelautan dan Antartika Tasmania, dilansir dari laman National Geographic.


“Jika Anda belum pernah melihat ikan handfish sebelumnya, bayangkan mencelupkan katak ke dalam cat berwarna cerah, menceritakan kisah sedih, dan memaksanya memakai sarung tangan dua kali ukuran yang lebih besar,” deskripsi tentang ikan tersebut yang disampaikan oleh Handfish Conversation Project.

Kebanyakan handfish diyakini hanya hidup di laut sekitar Tasmania. Bahkan di dalam perairan tersebut, setiap spesies hanya ditemukan di sejumlah kecil lokasi.

Biasanya, handfish tidak menyebar ke jarak yang jauh. Tidak bergerak luas seperti banyak jenis ikan lainya.

“Mereka memiliki strategi bekerja yang sangat baik dalam lingkungan stabil,” kata Barrett.

Thursday, October 27, 2022

Ilmuwan: Satelit Jupiter Menjadi Lokasi Terbaik Mencari Kehidupan di Tata Surya


 Satelit Jupiter, Europa, yang penuh es, dianggap menjadi tempat paling menarik bagi para ilmuwan untuk menyelidiki kehidupan di Tata Surya. Di bawah kerak esnya, terdapat lautan cairan dan geiser yang muncul dari celah permukaan bekunya. Fakta ini pun menimbulkan pertanyaan di antara para peneliti: mungkinkah ada kehidupan di sana?

Sebuah penelitian terbaru menyatakan, lautan menjadi salah satu ciri utama bahwa tempat tersebut layak huni. Apakah ada kehidupan di sana atau tidak, masih belum pasti.

Dipresentasikan pada Virtual 2020 Goldschmidt Geochemistry Conferense, para ilmuwan mencoba melihat kemungkinan asal usul dan komposisi lautan Europa.

Berdasarkan data dari teleskop Hubble dan Galileo, tim peneliti yakin bahwa panas di bagian dalam Europa memecah sejumlah mineral sehingga memungkinkan terbentuknya air yang kaya akan berbagai zat seperti karbon dioksida, kalsium, dan sulfat. Menurut para peneliti, perairan ini berevolusi dan berubah menjadi lautan seperti yang ada di Bumi.

“Memang, kemungkinan lautan di Europa berisi belerang. Namun, hasil simulasi kami, ditambah dengan data dari teleskop luar angkasa Hubble, menunjukkan adanya klorida di permukaan Europa—kemungkinan airnya kaya akan klorida yang komposisinya kurang lebih seperti lautan di Bumi. Kami yakin lautan ini layak dihuni kehidupan,” ungkap Mohit Melwani Daswani, pemimpin penelitian dari Jet Propulsion Laboratory NASA.

Studi ini melakukan pemodelan sesuai komposisi, sifat fisik, dan lapisan berbatu Europa. Mencoba menyimulasikan suhu, kedalaman air, serta molekul lainnya dari batuan.

“Europa merupakan salah satu peluang terbaik kami untuk menemukan kehidupan di Tata Surya. Misi NASA, Europa Clipper, akan diluncurkan dalam beberapa tahun mendatang dan penelitian kami bertujuan untuk mempersiapkan misi yang menyelidiki apakah satelit tersebut layak huni,” kata Daswani.

“Hasil pemodelan ini membuat kita berpikir bahwa lautan di satelit lainnya seperti Ganymede atau Titan milik Saturnus, mungkin juga terbentuk oleh proses serupa. Meski begitu, kami masih perlu memahami beberapa poin, seperti bagaimana cairan bermigrasi melalui interior Europa yang berbatu,” pungkasnya.

Wednesday, October 26, 2022

Selain COVID-19, Inilah 5 Wabah Paling Mematikan dalam Sejarah


Meski saat ini dunia tengah menghadapi pagebluk COVID-19, tapi peristiwa ini bukanlah hal yang baru dalam peradaban. Ada banyak peristiwa wabah yang terjadi di masa lalu yang mengancam banyak jiwa.

1. Wabah Black Death (1347-1353)

Wabah ini menyebabkan sekitar 50 juta hingga 200 juta populasi di dunia meninggal. Bisa dibilang, Black Death merupakan wabah paling mematikan di dunia.

Para ilmuwan menganggap, wabah ini seperti COVID-19 yang berasal dari Asia. Ia bermula dari Hubei pada 1334, kemudian menyebar hingga ke Eropa melalui jalur dagang yang dilalui orang-orang Mongolia ke Eropa.

Penyakit ini berasal dari bakteri Yersinia pestis  yang terkandung dalam tikus.

Salah satu kota yang paling terdampak dari wabah ini adalah Caffa di Laut Hitam ketika dikepung oleh bangsa Mongol. Para tentara Mongol menggunakan jasad prajuritnya yang mati terkena wabah untuk dilemparkan ke dalam kota.

2. Flu Spanyol (1918-1920)

Flu Spanyol adalah salah satu sejarah wabah yang buruk. Sepertiga populasi Bumi, terinfeksi virus H1N1 karena wabah ini, yang mengakibatkan sekitar 50 juta orang tewas.

Para peneliti masih belum dapat menentukan secara tepat mengenai penyebab virus yang bisa mengakibatkan kematian ini. Mirip dengan COVID-19, saat wabah ini berkembang, masyarakat diperintahkan untuk melakukan karantina, mencuci tangan, dan melakukan
social distancing
.

Penyakit ini diyakini pertama kali muncul pada 1916 di sebuah rumah sakit tentara Inggris di Étaples, Prancis, selama Perang Dunia I. Influenza yang parah ini dengan mudah menyebar ke parit persembunyian tentara Perang Dunia I yang dingin dan basah, hingga selanjutnya menjangkau seluruh dunia.

3. HIV/AIDS (2005-sekarang)

Tahun 2005 hingga 2012, menjadi puncak wabah HIV/AIDS. Wabah ini diduga berasal dari Kongo--ketika virus ditularkan dari simpanse ke manusia pada 1920. Kemudian pada 1981 ditemukan kasus HIV/AIDS di Amerika Serikat yang diidap oleh pria gay dan pengguna heroin.

Menurut UNAIDS, diperkirakan 36 juta orang telah meninggal karena tanda-tanda penyebab AIDS. Yang terparah terjadi di kawasan Sub-Sahara Afrika: terhitung ada 2,7 juta orang terinfeksi HIV, dan 2 juta orang meninggal akibat AIDS.

4. Wabah Justinian (540-542)

Sama dengan Black Death yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis, wabah Justinian menyebar dan terus muncul dari waktu ke waktu di Asia, Eropa, dan Afrika selama bertahun-tahun setelah kemunculannya pada 541 M yang kemudian menewaskan jutaan orang.

Wabah ini diyakini dibawa oleh kapal-kapal dagang yang penuh dengan tikus ketika berlayar ke Mesir.

Procopius, seorang akademisi dari Yunani-Bizantium di masa tersebut menulis: “Itu dimulai dari orang-orang Mesir yang tinggal di Pelusium. Mereka terbagi-bagi. Sebagian pergi ke Alexandria dan seluruh Mesir, dan sementara yang lainnya ke Palestina, tetangga Mesir. Dari sana lah wabah kemudian mulai menyebar ke seluruh Bumi.”

Wabah ini dapat ditularkan dari tikus ke manusia melalui gigitan kutu hingga mengakibatkan ruam nanah tumbuh di tubuh, yang umumnya ada di ketiak dan selangkangan, dan menyebabkan demam.

5. Wabah Antonine (165-180)

Gejala dari wabah Antonine ini adalah diare, batuk, demam, tenggorokan kering, dan memiliki papula merah.

Wabah tersebut mengakibatkan para tentara yang melakukan march dari Roma ke Mesopotamia di akhir tahun 165, mengalami sakit. Mereka yang terjangkit memiliki kulit dengan papula merah dan hitam yang akhirnya menjadi keropeng. Wabah pun menyebar ke seluruh Kekaisaran Romawi.

Para peneliti memperkirakan penyakit ini seperti cacar karena mereka yang telah terjangkit dan kemudian sembuh memiliki kekebalan tubuh. 

Berdasarkan legenda, wabah ini disebabkan karena seorang prajurit Romawi tanpa sengaja membuka peti emas di kuil Apollo, dan membebaskan wabah terkutuk dari segelnya yang mengakibatkan para dewa marah. 

Tuesday, October 25, 2022

Kerangka Manusia Berusia 10 Ribu Tahun Ditemukan di Gua Bawah Laut


Penemuan kerangka manusia berusia 10 ribu tahun di gua bawah laut Meksiko, memberikan bukti baru bahwa manusia pertama kali sampai ke Amerika tidak sebagai populasi tunggal seperti yang dijelaskan dalam teori-teori sebelumnya. Sebaliknya, menurut para peneliti, mereka datang dari berbagai wilayah.  

Para peneliti mengatakan temuan ini memberikan informasi tentang beberapa kelompok pemukim awal yang datang "dari titik geografis yang berbeda".
Kerangka tersebut merupakan milik wanita Paleoindian berusia 30 tahun dan diberi nama Chan Hol 3. Ini karena ia ditemukan di sebuah gua bernama Chan Hol, di dekat kota Tulum, Semenanjung Yukatan, Meksiko.

Para ilmuwan mengatakan, bentuk dan struktur tengkoraknya berbeda dengan kerangka lain yang berasal dari periode sama. Menunjukkan "setidaknya dua populasi Paleoindian berbeda secara morfologi". 

Paleoindian merupakan orang-orang pertama yang sampai dan menempati Amerika. Mereka dipercaya telah melakukan perjalanan melintasi jembatan tanah kuno yang menghubungkan Asia dengan Amerika Utara (yang dikenal dengan nama Beringia pada Zaman Es) lebih dari 12 ribu tahun lalu, sebelum bermigrasi ke wilayah Patagonia di Amerika Selatan. 


Tim yang dipimpin oleh profesor Wolfgang Stinnesbeck, ilmuwan bumi dari Heidelberg University, melakukan penanggalan kerangka menggunakan endapan mineral yang disebut flowstone yang menutupi beberapa tulang jari. Menurut mereka, Chan Hol 3 berusia 9.900 tahun atau lebih tua. 

Analisis struktural menunjukkan bahwa Chan Hol 3 memiliki kepala bundar dengan tulang pipi yang lebar dan kening rata, mirip dengan tiga tengkorak lain dari gua Tulum. Meski begitu, menurut para peneliti, karakteristik tengkorak yang baru ditemukan ini berbeda dengan kerangka Paleoindian berkepala panjang yang ditemukan di wilayah tersebut.

Dr Silvia Gonzales, profesor geologi dan geoarkeologi dari Liverpool John Moores University, mengatakan: "Kerangka Tulum ini mengindikasikan bahwa ada satu kelompok atau lebih yang pertama kali mencapai benua Amerika dari titik geografis yang berbeda. Atau ada waktu yang cukup bagi sekelompok pemukim awal yang hidup sendirian di Semenanjung Yucatan, untuk mengembangkan morfologi tengkorak yang berbeda."

"Dengan kata lain, sejarah permukiman awal Amerika tampaknya lebih rumit dan mungkin bermula ribuan tahun lebih cepat dari yang diyakini selama ini," imbuhnya.