About

Sunday, October 30, 2022

Ragam Penggambaran Iblis oleh Pelukis dan Penyair dari Masa ke Masa


Satan, dilukiskan sebagai binatang buas yang meremukkan tulang orang berdosa di sarang bawah tanahnya. Lucifer, malaikat yang melawan tatanan yang sudah ada. Mephistopheles, penipu yang memengaruhi manusia. Ketiga iblis yang berbeda ini muncul dalam narasi perjalanan kosmologi manusia.

Akan tetapi, tidak seperti literasi iblis lainnya, "Satan"—atau setan dalam bahasa Indonesia—dalam Alkitab adalah karakter minor, dengan sedikit informasi tentang perbuatan atau penampilanya. Jadi, bagaimana mereka bisa menjadi karakter antagonis dengan begitu banyak bentuk yang berbeda?

Dalam Perjanjian Baru, setan dikisahkan lebih banyak dalam tindakan: menggoda Yesus, atau merasuki seseorang. Akhirnya, imaji orang tentang setan muncul sebagai naga raksasa yang dilempar ke neraka. Para pelukis dan penulis abad pertengahan kerap menggambarkan setan sebagai mahluk besar bersisik berbulu lebat dengan kuku jari kaki yang besar.

Penyair Italia, Dante Alighieri, melambangkan setan yang terbungkus dalam lingkaran neraka ke sembilan yang muncul dalam bukunya Inferno. Setan dalam deskripsi Dante adalah raksasa berkepala tiga, bersayap kelelawar yang berpesta dengan orang-orang berdosa.

Sementara itu, dalam lukisan St. Augustine and the Devil karya Michael Pacher, iblis muncul sebagai kadal yang tegak. Dengan miniatur wajah yang berkilauan di muka dan bokongnya.
Lalu, pada zaman Renaisans, iblis mulai mengambil bentuk yang lebih manusawi. Para seniman melukisnya sebagai pria dengan kuku terbelah dan tanduk yang melengkung. Terinspirasi oleh Pan, dewa alam liar Yunani. 

Karya berjudul Paradise Lost pada 1667, penyair Inggris John Milton menggambarkan iblis sebagai Lucifer. Dia melukiskannya sebagai malaikat yang memberontak dengan alasan bahwa Tuhan terlalu berkuasa, yang menendangnya dari surga. 

Lucifer versi Milton memberikan kesan yang ambigu. Alih-alih menggambarkan sosok yang murni, sang malaikat kegelapan ini justru menjadi karakter ikonik romantik pada 1800-an sebagai pahlawan yang menentang kekuatan lebih tinggi, untuk mengejar kebenaran esensial. 


Kemudian pada cerita Jerman, Dokter Faust pada abad ke-16 kita bisa melihat iblis bernama Mephistopheles. Faust adalah seorang sarjanya yang tidak puas, menjanjikan jiwanya kepada iblis dengan imbalan kesenangan. Ia bisa cepat mendapat wanita, kekuasaan, dan uang. 

Dalam versi Johann Wolfang van Goethe, Mephistopheles menipu Faust dengan kesepakatan yang mengerikan untuk keuntungan jangka pendek. Pada suatu pentas Goethe, Mephistopheles muncul dengan celana ketat berjubah merah. Iblis ini sering dimainkan dengan peran penipu yang menawan. Setelan merahnya yang terkenal itu menggoda banyak seniman untuk memperbaharui karakternya, bahkan juga tampil di karakter komik Marvel.

0 comments:

Post a Comment