Kota Sodom adalah wilayah yang—dalam sejarah—pernah ditinggali kaum Nabi Luth. Di kota itu, masyarakatnya melakukan aneka kemaksiatan, salah satunya praktik seks menyimpang antar sesama jenis. Hal itu pula yang kemudian menjadikan istilah “sodomi” mengacu pada praktik hubungan seks antar lelaki.
Kisah mengenai kerusakan moral kaum Nabi Luth itu terekam dalam Al-Qur’an, juga dalam Perjanjian Lama. Karena seruan Nabi Luth pada mereka—untuk meninggalkan praktik menyimpang itu—tak diindahkan, Tuhan lalu menimpakan bencana di sana. Dalam Al-Qur’an, datangnya bencana itu digambarkan seperti ini:
“Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Kami) bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda.” (QS. Al-Hijr, 15:73-75).
Dari ilustrasi ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bencana yang terjadi pada masa itu adalah gempa bumi. Lebih tepat lagi, gempa bumi dan letusan gunung berapi. Pertanyaannya sekarang, di manakah kota Sodom?
Berdasarkan temuan purbakala, hasil penggalian mengungkapkan bahwa kota tersebut dibangun di dekat Laut Mati, di sepanjang perbatasan Israel dan Yordania.
Para arkeolog yang bekerja di wilayah tersebut menemukan bukti-bukti terjadinya bencana mengerikan di sana setelah mempelajari kerusakan parah pada kerangka-kerangka manusia yang berhasil digali. Kerusakan pada kerangka-kerangka itu memberi gambaran atas terjadinya gempa bumi besar yang pernah terjadi di sana.
Graham Harris, geolog asal Inggris, termasuk ilmuwan yang menemukan bukti meyakinkan atas hal tersebut. Menurutnya, Sodom dibangun di pesisir Laut Mati, dan penduduknya berdagang aspal yang tersedia di wilayah tersebut. Di masa lalu, zat hitam lengket itu digunakan sebagai pelapis tahan air pada perahu, dan perekat bebatuan pada bangunan.
Bukti lain yang mendukung bahwa kota Sodom ada di sana adalah karena daerah pemukiman di pesisir Laut Mati itu berdiri di atas dataran yang mudah guncang, karena merupakan titik bertemunya dua lempeng tektonik yang bergerak berlawanan arah.
Secara praktis, wilayah itu adalah zona gempa bumi. Lapisan lahar dan batu basal yang ditemukan selama penggalian juga menjadi bukti kuat telah terjadinya letusan gunung berapi dan gempa bumi di wilayah itu.
Selain itu, di bawah pesisir Laut Mati terdapat sejumlah besar timbunan gas metana yang mudah terbakar. Ketika gempa bumi terjadi pada masa itu, diperkirakan guncangannya membakar timbunan gas metana tersebut, dan kebakaran besar yang terjadi kemudian mengubah permukaan tanah menjadi pasir hanyut. Peristiwa itu diikuti longsor besar, hingga menenggelamkan kota Sodom di atasnya ke dalam air.
Untuk meyakinkan hipotesis itu, para ilmuwan di Universitas Cambridge melakukan serangkaian percobaan ilmiah dengan cara membangun miniatur kota Sodom di laboratorium, lalu mengguncangnya dengan gempa buatan. Tepat seperti yang telah diperkirakan, daratan itu terbenam, dan miniatur rumah-rumah tergelincir masuk serta terkubur di dalamnya.
0 comments:
Post a Comment