About

Thursday, December 23, 2021

Peta Buache dari Abad ke-18 Ini Ada Gambar Benua Antarktika, Benarkah?


Menelisik pengungkapan Antarktika sudah lama menjadi daya tarik oleh kalangan Barat. Seperti Aristoteles dan Klaudius Ptolemeus, mereka percaya bahwa ada benua di belahan paling selatan yang disebut Terra Australis.

Dugaan adanya benua di selatan bertujuan agar menyeimbangkan bentuk Bumi yang daratannya terlalu berkumpul di belahan utara. Selanjutnya, banyak kartografer Eropa masa Renaisans membuat peta dengan memuat benua belahan selatan, meski tak akurat, karena hanya untuk kepentingan menguatkan hipotesis itu.

Sebelumnya dikabarkan, Piri Reis dari Kesultanan Ottoman Turki abad ke-14 memuat dataran Antarktika dengan cukup akurat. Meski demikian hingga kini masih teka-teki apakah dataran yang digambarkan Reis adalah Antarktika atau bukan.

Setelah itu ada pun yang lebih menarik lagi bagi para ilmuwan. Philippe Buache de La Neuville membuat peta daratan belahan selatan itu secara lengkap pada abad ke-18 berjudul "Carte des Terres Australes comprises entre le Tropique du Capricorne et le Pôle Antarctique où se voyent les nouvelles découvertes faites en 1739 au Sud du Cap de Bonne Esperance".

Dalam bahasa Indonesia, judul itu berarti: Peta Terra Austalis yang terdapat di antara Tropic of Capricorn dan Kutub Antarktika, di mana penemuan baru yang dibuat pada tahun 1739 di selatan Tanjung Harapan dapat dilihat.

Peta yang dibuatnya memiliki bentuk keakuratan yang tinggi dengan bentuk benua Antartika, tanpa tertutup es, menurut Charles Hapgood dalam bukunya Maps of the Ancients Sea Kings (1966). Sejarah tidak pernah mencatat sebelumnya bahwa peradaban Barat pernah melihat Antarktika sebelum James Cook pada pelayarannya 1773.

Benua Antarktika  diketahui sudah pernah disinggahi oleh peradaban Polinesia sekitar 1.300 tahun lalu, dan terekam dalam sastra lisan mereka. Kisah ini dimiliki oleh beberapa kelompok Maori yang dilakukan oleh tokoh bernama Hui Te Rangiora bersama krunya.


Buache sendiri adalah kartografer yang dikenal sebagai ahli geografi, dan memulai karirnya sebagai asisten dan pekerja magang seorang kartografer, Guillaume de L'Isle.

Ketika L'Isle meninggal pada 1726, perusahaannya diambil oleh Buache yang juga menikahi putri pembimbingnya itu. Dia juga memiliki keponakan bernama Jean Nicolas Buache (1741-1825) yang juga kartografer kerajaan.

Dalam membuat peta, Buache menggunakan berbagai referensi seperti pengetahuan geografis, penelitian ilmiah, jurnal para penjelajah dan misionaris kontemporer, dan pengamatan langsung secara astronomis.

Hasilnya, dalam peta-peta yang dibuatnya memiliki hipotesis yang benar adanya, seperti keberadaan Alaska dan Selat Bering. Meski demikian, tidak semua spekulasinya benar.

Pada peta Buache yang tahun 1739 misalnya, ia menduga ada laut di tengah-tengah Antarktika.  Padahal, seperti yang kita tahu, tak ada laut atau permukaan air yang membelah Antarktika kini.

Hapgood menduga Buache menggunakan beberapa peta yang digunakan oleh peradaban kuno yang maju, atau oleh 'kartografer asing'. Jika demikian, kartografer atau peradaban kuno manakah yang mengetahui pasti seperti apa topografi Antarktika tanpa es?

Pada legenda atau keterangan yang Buache berikan di petanya menggunakan kata "diduga" dan "dicurigai".

Sebenarnya ada beberapa hal yang kurang akurat dalam peta Buache ini yang bisa dibaca dari keteranga-keterangannya.


Dalam anggapan ada laut besar yang memisahkan dua daratan Antarktika misalnya, Buache dalam keterangan peta ini baru dugaannya yang percaya akan hal itu karena merujuk sungai besar di Siberia yang menciptakan gunung es di Utara. Laut itu disebut Bassin terreste (cekungan air yang terkurung daratan).

Kesalahan Buache juga mudah ditemukan, seperti Selandia Baru yang ditampilkan sebagai semenanjung daratan Antarktika di Samudera Pasifik. Kesalahan ini diduga karena menggunakan data laporan Abel Tasman yang tiba ke sana pada 1643 di Kepulauan Motukawao (Isles of Three Kings).

Abel Tasman belum memetakan Selandia Baru secara lengkap. Buache menarik tanjung Pulau Utara, Selandia Baru langsung ke Antarktika, padahal masih ada Pulau Selatan yang lebih besar, serta laut yang memisahkan bermil-mil jauhnya.

Hal serupa terjadi pada Pulau Bouvet yang merupakan pulau terpencil di selatan Atlantik yang dikira tanjung sisi lain Antarktika. Itu karena Buache menggunakan jurnal penjelajah Prancis Jean Baptiste Charles Bouvet de Louzier yang melaporkan banyak gunung es selama perjalannya ke selatan.




 

0 comments:

Post a Comment