Reruntuhan Timgad atau juga disebut Tamugadhi, terletak di lereng Aures Massif, sekitar 35 km sebelah timur dari kota Batna, di yang saat ini adalah wilayah Aljazair. Dibangun hampir 2.000 tahun yang lalu, oleh Kaisar Romawi Trajan, kota ini diletakkan dalam presisi besar dan merupakan salah satu contoh yang terawetkan terbaik dari perencanaan tata kota (grid plan) yang digunakan oleh para perancang kota Romawi kuno.
Grid plan merupakan sistem pola jalan bersudut siku atau grid, pada kota dengan di mana bagian-bagian kotanya dibagi sedemikian rupa menjadi blok-blok empat persegi panjang dengan jalan-jalan yang paralel. Jalan-jalan di dalamnya dengan demikian menjadi tegak lurus satu sama lain.
Kota ini awalnya didirikan sebagai koloni militer oleh Kaisar Trajan sekitar tahun 100 M, dimaksudkan sebagai benteng pertahanan melawan suku Berber pegunungan Aures di dekatnya. Warga kota sebagian besar adalah veteran Parthia dari tentara Romawi yang dihadiahi tanah sebagai imbalan dari pengabdian mereka.
Desain asli kota adalah persegi sempurna, 355 meter panjangnya di setiap sisi, dengan desain orthogonal dipertegas oleh jalan Decumanus maximus (orientasi timur-barat) dan jalan cardo yang (orientasi utara-selatan) sisi-sisinya terdapat pilar-pilar Korintus. Rencananya adalah untuk memberikan ruang bagi 15.000 warga, namun kota dengan cepat melebihi jumlah itu dan tumpah di luar grid orthogonal dengan cara yang lebih longgar tapi terorganisir. Kota ini tumbuh untuk 300 tahun ke depan dan batas-batas baru ditambahkan ke rencana asli yang mengarah ke empat kali lipat dari ukuran asli.
Selama abad kedua dan ketiga, kota menikmati keberadaan damai. Letaknya yang sempurna di kepala Oued el-Abiod dan persimpangan penting, memberikan Romawi kontrol terhadap salah satu akses utama menuju Aures Mountains, dan karenanya juga akses ke dan dari Sahara. Mulai dari abad ke-3, kota itu menjadi pusat kegiatan Kristen, dan pusat Donatis di abad ke-4. Timgad mulai mengalami penurunan setelah invasi Vandal di abad ke-5 dan berikutnya diserang oleh kaum Berber.
Kota ini dihidupkan kembali pada abad ke-6 di bawah Kaisar Justinian, Bizantium. Sebuah benteng dibangun di luar kota asli dan banyak blok bangunan Romawi sebelumnya yang digunakan kembali. Tapi kota ini jatuh sekali lagi oleh invasi Arab di abad ke-7. Situs ini akhirnya ditinggalkan pada abad ke-8, dan kota ini dilupakan orang sampai digali dari bawah pasir pada tahun 1881.
Berabad-abad berbaring di bawah pasir Sahara, membuat Timgad tetap sangat baik terawetkan. Di ujung barat dari Decumanus maximus masih berdiri sebuah triumphal arch setinggi 12-meter, yang disebut Arch of Trajan, yang dibangun dari batu pasir, terdiri dari tiga lengkungan diapit oleh kolom Korintus. Ada juga sebuah kuil yang bernama Kuil Capitolene, didedikasikan untuk Jupiter yang kira-kira berdimensi sama seperti Pantheon di Roma. Sebuah citadel Bizantium besar berdiri di sebelah tenggara kota. Ada juga sebuah teater dengan 3.500 kursi dalam kondisi baik, perpustakaan, sebuah basilika dan empat tempat pemandian umum.