About

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, September 28, 2021

Legenda Nicolas Flamel, Alchemist Yang Hidup Abadi

 

Tak lama setelah kematiannya, kediaman seorang alchemist digeledah oleh para pemburu harta karun. Menurut dugaan banyak orang, sang alchemist memiliki kemampuan merubah logam biasa menjadi emas. Namun penggeledahan itu sia-sia, karena mereka tak menemukan apa pun di sana. Makam alchemist ini yang bersebelahan dengan istrinya kemudian menjadi sasaran berikutnya. Namun saat dilakukan pembongkaran makam, mereka tak percaya jasad yang belum lama terkubur itu menghilang!

Bagi para penggemar novel Harry Potter, nama Nicolas Flamel tidaklah asing. Dikisahkan dalam Harry Potter and The Sorcerer's Stone, alchemis yang merupakan rekan kerja Albus Dumbledore ini memiliki batu bertuah. Ia kemudian menitipkan batu tersebut pada Dumbledore karena batu bertuah itu diincar oleh Lord Voldemort.

Nama Nicolas Flamel juga disebut-sebut dalam novel Dan Brown: The Da Vinci Code Angels & Demons. Di novel tersebut Nicholas Flamel disebut sebagai sosok anggota Biarawan Sion. Siapa Nicolas Flamel sebenarnya? Apakah ia hanya tokoh fiktif atau seorang alchemist yang pernah ada?

Nicolas Flamel adalah sosok nyata. Ia adalah seorang ahli kimia dan geodesi berkebangsaan Perancis yang hidup tahun 1330-1417.  Ia memiliki seorang istri bernama Perenelle Flamel yang berusia 10 tahun lebih tua darinya.

Hal menarik dari Nicolas Flamel adalah bahwa sebenarnya dari sosok ini adalah ia baru dikenal dengan kemampuan merubah logam menjadi emas dan memiliki ramuan elixir of life yang mampu membuat seseorang hidup abadi, justru setelah kematiannya. Selama hidupnya dikisahkan bahwa Flamel memang kerap melakukan uji coba untuk membuat logam menjadi emas, namun konon percobaan-percobaan itu selalu menemui kegagalan.

Hal yang membuat dugaan orang-orang berkembang bahwa ia akhirnya berhasil menguasai ilmu merubah logam menjadi emas adalah tatkala dirinya dan istrinya mendirikan beberapa rumah sakit besar dan memberikan sumbangan dalam jumlah sangat banyak kepada gereja-gereja dan kaum miskin.

Ilustrasi Nicolas Flamel

Dikisahkan bahwa selain seorang ahli kimia, geodesi, Flamel juga ternyata adalah seorang penjual manuskrip. Pada sekitar tahun 1378 ia bermimpi. Dalam mimpinya itu ia berjumpa dengan malaikat dengan sebuah buku tua yang bersinar di tangannya. Ketika akan menerima buku itulah kemudian sosok malaikat dalam mimpinya itu menghilang.

Tak lama kemudian, dalam suatu transaksi jual beli Flamel mendapatkan sebuah buku. Buku tersebut menurutnya sama persis dengan apa yang ia lihat di dalam mimpinya. Buku itu ditulis oleh Abraham Eleazar dan berisikan bagaimana cara mentransmisikan logam dasar menjadi emas. Bahkan dalam setiap 7 halaman buku itu dilengkapi dengan ilustrasi-ilustrasi mengenai proses transmisi tersebut. Ia kemudian menceritakan hal ini pada istrinya Perenelle. Ia mengatakan bahwa dirinya tak dapat memahami keseluruhan isi  buku tersebut.

Flamel kemudian berangkat ke Spanyol tepatnya yaitu ke Santiago de Campostella dengan harapan dapat bertemu seorang Yahudi yang mengerti isi buku tersebut. Setahun berada di sana akhirnya Flamel bertemu dengan Master Canches, seorang pedagang barang-barang antik. Canches segera menyadari bahwa buku yang dibawa Flamel tak lain adalah sebuah teks naskah Kabbalah kuno.

Sekembalinya dari Spanyol, Flamel melakukan berkali-kali percobaan hingga pada akhirnya percobaannya berhasil pada tahun 1382. Keberhasilan percobaannya itulah yang kemudian menghantarkannya memperoleh sejumlah besar kekayaan. Buku yang didalami oleh Flamel inilah yang dipercaya membuat Flamel dan istrinya berhasil merubah logam biasa menjadi emas sekaligus membuat pasangan ini menjadi kaya raya hingga akhir hayatnya.

Pada tahun 1410, Nicolas Flamel merancang nisannya sendiri. Dalam nisannya tersebut terukir 3 gambar yaitu Yesus, St. Petrus, dan St. Paul. Batu nisan ini kemudian dipelihara di Musee de Cluny di Paris hingga akhirnya Flamel dikabarkan meninggal dunia 7 tahun kemudian. Perenelle Flamel meninggal dunia tahun 1412 dan setelah 5 tahun kemudian Nicolas Flamel menyusul pada tahun 1417.

Batu nisan Nicolas Flamel

Lima belas  tahun sejak dikabarkan percobaannya memperoleh keberhasilan, Flamel mendirikan 14 rumah sakit besar di kota Paris dan memberikan sumbangan dalam jumlah sangat besar untuk kaum miskin dan gereja-gereja yang ada di sana.

Begitu dermawannya dan termasyurnya pasangan ini sampai-sampai nama salah satu jalan di Paris diambil dari nama Flamel yaitu rue Nicolas Flamel di 4th Arrodissement. Nama sang istri juga menjadi nama salah satu jalan yaitu de rue Perenelle Flamel. Rumah pasangan ini juga saat ini dijadikan penginapan dengan nama Auberge Nicolas Flamel di 51 rue de Montmorency, 3rd Paris.

Auberge Nicolas Flamel

Sepeninggal Flamel, para pemburu harta karun segera menggeledah rumah Flamel dan berharap menemukan bongkahan-bongkahan emas atau kitab ajaib yang menjadi petunjuk yang membuat pasangan tersebut menjadi kaya raya. Namun sialnya mereka tak mendapati apa pun di sana.

Tak berputus asa, mereka kemudian berinisiatif membongkar makam Flamel. Namun betapa terkejutnya orang-orang itu karena mereka tak mendapati Flamel maupun istrinya di dalam kuburannya. Makam itu kosong.

Banyak dugaan bahwa pasangan ini tidak meninggal dunia dan mereka berhasil membuat ramuan hidup abadi (elixir of life). Bahkan beberapa tahun sejak kematiannya, Nicolas Flamel dikabarkan muncul di beberapa tempat di dunia dalam kurun waktu yang berjauhan dan sama sekali tidak menampakkan terkikis usia.

Konon Flamel pergi ke India pada sekitar tahun 1700. Beberapa orang juga melaporkan ia terlihat di sebuah pertunjukan opera di Paris pada tahun 1750. Sampai saat ini sosok alchemist misterius ini dipercaya masih hidup bersama dengan kisahnya yang melegenda.


 

Monday, September 27, 2021

Insiden Lawndale

 

nsiden Lawndale adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah cryptozoology dunia. Insiden ini adalah percobaan penculikan seorang anak yang dilakukan oleh seekor burung. Ya, seekor burung raksasa yang dikenal juga dengan Thunderbird.

Sore itu di musim panas tanggal 25 Juli 1977, keluarga Lowe di Lawndale, Illinois, tengah mengadakan pesta barbeque di halaman belakang rumah. Sekitar pukul 8 malam, saat selesai makan malam, orang tua berada di dalam rumah sedang membersihkan bekas makan malam, sementara anak-anak bermain di halaman luar.

Saat sedang berada di dapur itulah, Ruth Lowe tiba-tiba menjerit sambil berlari keluar. Putranya yang bernama Marlon Lowe tengah dikejar oleh dua ekor burung raksasa. Salah satu burung kemudian berhasil mencengkeram bahu Marlon dan mengangkat anak seberat 56 pon (atau sekitar 25 kg) tersebut ke udara.


Ruth yang sangat panik terus mengejar burung itu sambil menyerangnya. Akhirnya dalam drama berebut anak 10 tahun itu, sang burung akhirnya melepaskan cengkramannya dan menjatuhkan anak itu ke atas tanah dari ketinggian 35 kaki atau sekitar 10 meter. Lowe segera menghubungi polisi.

Tak begitu lama sebelum menyerang Marlon, penampakan kedua burung ini sempat terlihat oleh Mr.Cox, tetangga keluarga Lowe, saat ia sedang berada di depan sebuah toko. Saat itu Mr. Cox melihat penampakan dua ekor burung yang sangat besar. Dua burung raksasa itu melintas di atasnya dan pergi begitu saja.

Kembali lagi kepada keluarga Lowe. Meskipun peristiwa ini dilihat langsung oleh beberapa orang saksi mata, namun ternyata tak sedikit juga yang skeptis. Saat kisah penculikan oleh burung raksasa ini masuk ke koran lokal, Marlon langsung mendapatkan julukan 'bird boy" oleh teman-teman sekelasnya. Tak hanya itu saja, beberapa hari setelah berita tentang burung raksasa itu menyebar, seseorang tak dikenal melempar merpati mati di halaman rumah keluarga Lowe entah apa maksudnya.

Ruth dan suaminya Jack Lowe sebenarnya sempat pula menyewa pemburu untuk memburu dan menangkap burung itu, namun gagal.

Menurut keterangan Ruth, burung yang menyerang Marlon itu memiliki bulu gelap dan leher panjang. Pada bagian lehernya juga terdapat semacam pola cincin putih. Paruhnya memiliki panjang sekitar 6 inci atau lebih dari 15 cm. Keterangan ini juga dibenarkan oleh kesaksian Mr.Cox yang melihat langsung burung tersebut.

Jerry D. Coleman dari Cryptozoology.com sempat mewawancarai Marlon dan kedua orang tuanya, Jake dan Ruth Lowe. Setelah kejadian itu, Ruth banyak menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan mencoba untuk mencari tahu burung apakah yang menyerang Marlon.

Sebenarnya di Amerika terdapat jenis burung cryptid yang dipercaya hidup di sana. Burung itu bernama Thunderbird. Kisah mengenai burung ini dimulai sekitar abad ke 13 di sekitar Sungai Mississippi, di mana suku Cahokia bermukim. Orang-orang Cahokia menyebut burung raksasa ini dengan nama "Thunderbirds" karena suara kepakan sayapnya yang serupa bunyi petir.

Thunderbird

Kisah mengenai burung raksasa lainnya yang tak kalah terkenalnya adalah Piasa Bird atau Burung Piasa. Burung ini pertama kali dilaporkan oleh seorang misionaris bernama Jacques Marquette yang tengah mengeksplorasi wilayah Alton, Illinois pada tahun 1673.
Burung inilah yang diyakini sebagai burung yang menyerang Marlon. Menurut beberapa laporan, burung Piasa ini terakhir kali terlihat pada tahun 1948, tiga kali dalam bulan April.

Pada tanggal 4 April Kolonel Walter F. Siegmund melaporkan penampakan burung ini. Lalu pada tanggal 10 April di tahun yang sama, burung ini kembali terbang di atas langit Alton. Dan kemunculannya yang terakhir dan banyak dilihat oleh banyak orang terjadi pada tanggal 24 April. Setelah itu burung ini seolah menghilang dan tak pernah lagi terlihat sampai tanggal 25 Juli 1977.

Sunday, September 26, 2021

Robot Misterius Leonardo da Vinci

 Abad ke-14 (hingga abad ke-17) merupakan masa dimulainya zaman Renasains atau abad pembaruan yang merupakan penanda kelahiran kembali dan bangkitnya peradaban modern di Eropa. 


Bermula di Italia, pengaruh Renasains mengubah banyak aspek kehidupan dari sastra, seni, filsafat, musik, dan ilmu pengetahuan hingga ke seluruh daratan Eropa. Pada masa-masa itulah lahir banyak tokoh terkenal dan berpengaruh, salah satunya adalah Leonardo da Vinci.

Leonardo da Vinci

Lahir pada tahun 1452 di Italia, Leonardo da Vinci adalah salah satu jenius terbesar yang pernah hidup. Ia adalah pelukis, pemahat, ilmuwan, penemu, penulis, dan juga seorang filsuf. Tak hanya itu, da Vinci juga merupakan pelopor ilmu paleontologi dan arsitektur. 

Banyak buku catatan da Vinci saat ia masih hidup dipenuhi dengan desain dan ide yang begitu luar biasa bahkan bisa dikatakan sangat canggih, tidak hanya pada masanya (abad ke-15) tetapi juga dianggap luar biasa di zaman kita sekarang ini. 


Penemuan Sketsa Leonardo da Vinci

Pada tahun 1957, seorang peneliti bernama Carlo Pedretti menemukan beberapa buku sketsa Leonardo da Vinci yang berisi catatan desain sesosok ksatria mekanik. Meskipun pada catatan itu tidak ada satu pun gambar ksatria mekanik yang lengkap, namun ada banyak detail yang terfragmetasi di berbagai buku sketsa tersebut.

Salah satu sketsa Leonardo da Vinci

Leonardo da Vinci merancang ksatria mekanik untuk mengesankan Ludovico Sforza yang merupakan penguasa Milan kala itu. Pada tahun 1495, Ludovico Sforza mengadakan semacam kontes di istananya.

Pada saat itulah, da Vinci memperlihatkan ksatria mekaniknya pada pertemuan itu. Semua orang yang hadir pada saat itu terperanjat. Mereka sebelumnya tidak pernah melihat ada bongkahan besi yang menyerupai sesosok ksatria. Tak hanya itu saja, mesin itu dapat bergerak seperti manusia.

Robot ini dapat duduk, melambaikan tangan, dan menggerakkan kepalanya sambil membuka dan menutup rahang secara otomatis. Robot itu juga dikatakan mengeluarkan suara dengan iringan alat musik otomatis, seperti drum. 

Sosok ksatria mekanik ini disebut-sebut sebagai robot humanoid pertama dalam sejarah. Robot da Vinci digerakkan oleh katrol yang dirancang untuk menciptakan ilusi seolah-olah ada orang sungguhan di dalamnya. 


Leonardo da Vinci rupanya telah melakukan penelitian anatomi tubuh manusia sepanjang hidupnya. Dia bahkan telah membedah puluhan mayat laki-laki dan perempuan dalam segala usia. Hasilnya, ia sukses mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang tubuh manusia. Dari sanalah da Vinci mengetahui bahwa otot manusia memungkinkan tulang dan persendian bergerak.

Jadi ketika dia merancang robot ksatria mekaniknya, dia memastikan robot memiliki anatomi tubuh seperti manusia. Robot ksatria itu memiliki tungkai dan sendi proporsional yang mengikuti Canon of Proportions yang dicatat Leonardo dalam Vitruvian Man. Lebih jauh lagi, dia mencoba memasukkan cara kerja otot manusia ke dalam desainnya tersebut.

Dikenal sebagai robot da Vinci atau Automa cavaliere, robot da Vinci menggunakan dua sistem yang rumit dan terhubung yang terdiri dari katrol, kabel, roda gigi, dan roda untuk bergerak.



Dibalut baju besi Jerman-Italia abad pertengahan, robot da Vinci bisa menggerakkan lengannya dan mengangkat pelindungnya sendiri serta melambaikan pedangnya. Robot itu juga bisa menggerakkan rahang dan lehernya serta bisa duduk, berdiri, berbaring, hingga berjalan. Gerakan robotik ini sangat mirip manusia dan merupakan penemuan yang sangat luar biasa pada masa itu. 

Michael Moran dari University of Florida dalam artikelnya "The da Vinci Robot" mengatakan bahwa sistem pada robot da Vinci adalah sistem empat faktor dan digunakan untuk gerakan tangan, pergelangan tangan, siku, dan bahu. Da Vinci memasang sistem silinder ke dada robot ksatria tersebut. Sistem lainnya digunakan untuk meggerakkan pergelagan kaki, lutut, dan pinggul. 


Rekonstruksi modern robot da Vinci

Pada tahun 1996, Mark Rosheim, seorang peneliti modern dan ahli robotika, mempelajari catatan desain ksatria mekanik da Vinci. Seorang sarjana Italia menunjukkan kepadanya beberapa gambar sketsa da Vinci yang baru ditemukan.

Mark Rosheim

Rosheim melihat kembali apa yang dijuluki "mobil Leonardo", sebuah gerobak kayu roda tiga. Penggemar da Vinci telah merekonstruksi mobil beberapa kali selama abad terakhir, tetapi tidak pernah berhasil. Perangkat itu tampaknya ditakdirkan untuk bergabung dengan barisan penemuan megah tapi cacat, yang oleh seorang sarjana disebut "mesin mustahil". 

Bagi Rosheim sendiri mesin itu hampir mustahil. Ia bekerja siang dan malam membenamkan diri dalam detail setiap sketsa. Ia kemudian menyimpulkan bahwa perangkat itu bukan sekadar kereta bertenaga pegas, tetapi sesuatu yang lebih inovatif. 

Mobil da Vinci, menurut Rosheim, sebenarnya adalah robot dengan serangkaian instruksi yang dapat diprogram sendiri. "Prekursor robot bergerak" itu menurut Rosheim mungkin saja merupakan catatan komputer analog pertama yang dapat diprogram dalam sejarah peradaban manusia.

Sementara itu, Rosheim juga menunjuk pada apa yang disebut Robot Knight, manusia artifisial yang digerakkan oleh kabel dan katrol, yang dianggap sebagai setelan senjata sederhana. 


Mengutip gambar yang ditemukan beberapa dekade sebelumnya oleh sarjana Italia Carlo Pedretti, Rosheim menjelaskan bagaimana sosok itu "duduk, melambaikan tangannya, menggerakkan kepalanya melalui leher yang fleksibel, dan mampu membuka dan menutup rahang dengan benar secara anatomis, dan bahkan mungkin mengeluarkan suara sambil diiringi oleh alat musik otomatis seperti drum."



Robot itu menurut teori, mungkin ditugaskan oleh penguasa Sforza sebagai hiburan pengadilan atau pameran di semacam taman patung mekanis. Namun yang misterius adalah gambar sketsa robot ksatria yang sudah selesai tidak pernah ditemukan,.Tetapi Rosheim yang memiliki bakat mekanik dan pengetahuan tentang sejarah robotika akhirnya mampu mengeksploitasi penggunaannya dengan menggunakan beberapa tambahan gambar. 

Paolo Galluzzi, direktur Institut Florence dan Museum Sejarah Sains, menggambarkan tesis robot Rosheim sebagai "sangat meyakinkan". Galluzzi kemudia mengikutsertakan robot ksatria dalam sebuah pameran dan menugaskan Rosheim untuk membuat model komputernya.

Pada tahun 2002, Rosheim diundang oleh BBC untuk membangun prototipe. Model buatannya mampu berjalan dan melambai. Rosheim sendiri mendapatkan ide membangun robot ksatria (yang sketsa utuhnya tidak pernah ditemukan) itu dari karakuri, sebuah robot pembawa teh Jepang abad ke-18 (seringkali menyerupai Geisha) dari era shogun Jepang. 

Robot Karakuri

Pergerakan karakuri ditentukan oleh penempatan bubungan, pelengkap kecil pada roda atau poros yang menggunakan tuas dan mengubah daya putar menjadi daya linier. Saat melihat karakuri, Rosheim menduga bahwa gerobak da Vinci mungkin saja memiliki pengaturan serupa. 

Benar saja, dia menemukan tonjolan kecil yang menempel pada salah satu roda bergigi dalam gambar da Vinci. Karakuri tampaknya menyediakan mata rantai yang hilang untuk memahami bagian bawah gerobak. 

Selain membuat model robot da Vinci, Rosheim juga menggunakan beberapa ide desain tersebut untuk membuat robot penjelajah planet untuk NASA. Catatan Rosheim dalam membangun ksatria mekanik serta robot da Vinci lainnya ada dalam bukunya "Leonardo's Lost Robots".

Selain Rosheim, ada juga kelompok penggemar Leonardo da Vinci yang disebut Leonardo3, yang juga melakukan rekonstruksi penemuan da Vinci.

Wednesday, September 22, 2021

Legenda Chessie

 Dalam cerita rakyat Amerika, Chessie adalah monster laut yang dikatakan tinggal di tengah-tengah Chesapeake Bay.


Selama bertahun-tahun, ada banyak penampakan makhluk seperti ular yang bersirip.

Sebagian besar penampakan melaporkannya sebagai makhluk panjang seperti ular sepanjang 7,6 sampai 12 meter, dan dikatakan berenang menggunakan tubuhnya yang bergerak dalam kurva melalui air.

Ada banyak penampakan pada tahun 1977 dan lebih banyak lagi di tahun 1980an, dengan sesekali laporan sejak itu.

Laporan penampakan paling awal mungkin berasal dari helikopter militer yang terbang di atas Bush River pada tahun 1936. "Sesuatu seperti reptil dan tidak dikenal di air" diamati oleh awak helikopter.

Menurut Matt Lake di Weird Maryland, pada tahun 1943, dua nelayan, Francis Klarrman dan Edward J. Ward, melihat sesuatu di air dekat Baltimore.

"Sesuatu ini sekitar 75 meter jauhnya, dari sudut kanan perahu kami. Awalnya itu tampak seperti sesuatu yang mengambang di air. Itu berwarna hitam dan bagian yang keluar dari air panjangnya tampak sekitar 12 kaki (3,6 meter). Kepalanya sebesar bola sepak dan berbentuk agak seperti kepala kuda. Sesuatu itu memutar kepalanya selama beberapa kali - hampir sepanjang jalan."
Pada tahun 1978, saksi mata mengklaim telah melihat Cheesie di dekat Calvert Cliffs State Park dan di Sungai Potomac di Westmoreland County, Virginia.


Sketsa dari makhluk yang tidak dikenal dibuat oleh pendayung Trudy Guthrie, yang diterbitkan di Evening Sun pada September 1980.

Itu kemudian diidentifikasi sebagai manatee dari Florida. Manatee terkadang terlihat di wilayah tersebut. Tidak seperti laporan makhluk seperti ular, manatee membuat "jejak lembut" saat mereka bergerak di air daripada bergerak bergelombang dari sisi ke sisi seperti ular.

Pada tahun 1982, Robert dan Karen Frew diduga merekam Chessie di dekat Pulau Kent. Video mereka memperlihatkan objek kecoklatan yang bergerak ke samping seperti ular akuatik.


Penampakan paling terkenal lainnya berasal dari tahun 1997, di lepas pantai Fort Smallwood Park, sangat dekat dengan pantai.

Penampakan terbaru yang dilaporkan terjadi pada 5 April 2014 (jam 1:40 pagi). Ketika parkir di sisi Arundel Beach Road tepat di sebelah Sungai Magothy "ketika pasang surut sangat tinggi", seorang penduduk Maryland dan temannya melaporkan telah melihat Chessie yang berjark kurang dari 1,5 meter dari mobilnya.

Dia menggambarkannya sebagai makhluk seperti ular sepanjang 7,6 sampai 9,1 meter, tanpa sirip, dengan kepala kecil berbentuk bola sepak, dan berwarna hitam. Dia tidak dapat membedakan antara makhluk itu memiliki sisik atau kulit kasar.

Makhluk itu tidak keluar dari air, tetapi kepala dan ujung ekornya "berada permukaan" air saat bergerak "dengan gerakan menyerupai ular".

Saksi mata bertanya apakah itu dua binatang terpisah yang bergerak di belakang satu sama lain, tetapi segera menyadari bahwa itu adalah satu makhluk karena pola yang diciptakannya di permukaan air.

Tidak ada ular yang telah dikenal di Maryland yang mendekati panjang 7,6 meter.

Tidak ada foto yang diperoleh karena saksi mata "sangat sibuk mencari tahu apa yang sedang mereka lihat" dan tidak terpikir untuk mengambil gambar melalui ponselnya. Saksi mata segera menelepon Maryland Department of Natural Resources setelah penampakan tersebut.

Seekor manatee yang diselamatkan dari perairan dingin Chesapeake pada Oktober 1994, dijuluki sebagai "Chessie" sebelum dikembalikan kembali ke Florida.

Manatee tidak bisa pergi sejauh ini dari Florida tetapi yang satu ini mengunjungi lagi Chesapeake beberapa kali sejak saat itu.

Pada tahun 2010 Chessie difoto di Sungai Patapsco (tidak dikonfirmasi) dan di dekat pantai Calvert County pada 12 Juli 2011 (dikonfirmasi oleh U.S. Geological Survey biologists)

Manatee Chessie di permukaan Chesapeake Bay pada 12 Juli 2011

Meskipun ada dugaan foto yang memperlihatkan Chessie, tidak ada bukti nyata mengenai keberadannya.

Spekulasi untuk menjelaskan penampakan yang terjadi termasuk berasal dari teori "belut mutan", berang-berang sungai besar, Zeuglodon dan anaconda Amerika Selatan yang melarikan diri dari kapal berlayar pada abad ke-18 dan ke-19.

Setidaknya, satu laporan dari monster itu telah diidentifikasi sebagai manatee yang sedang berkunjung ke wilayah perairan tersebut.

(Sumber : Chessie (sea monster)Chessie)

Tuesday, September 21, 2021

Misteri Chase Vault - peti mati berpindah Barbados

 

Misteri Chase Vault - peti mati berpindah Barbados

Di Barbados, ada sebuah makam yang bernama Chase Vault. Makam ini tidak seperti makam biasa yang kita kenal. Bangunannya besar dan bisa memuat banyak peti mati di dalamnya. Namun, misterinya bukan disitu. Ada peristiwa aneh yang terjadi pada makam ini. Sepertinya, peti-peti mati yang ditaruh di dalamnya bisa berpindah dengan sendirinya.


Misteri ini dikenal dengan nama peti mati berpindah Barbados dan sudah menjadi subyek tulisan beberapa peneliti.

Kisahnya dimulai pada tahun 1724.

Pada tahun itu, seorang pria bernama James Elliot membangun sebuah makam bawah tanah yang besar. Pintu makam itu terbuat dari sebuah marmer besar yang berat dan dirancang dengan cara yang khusus. Saking beratnya batu itu, dibutuhkan sekitar 6-7 orang untuk menggesernya.

Chase Vault

Ketika makam itu ditutup, celah pada marmer besar itu akan disemen sehingga tidak gampang untuk dibuka. Jika suatu hari pintu makam itu hendak dibuka kembali untuk menguburkan seseorang, maka semen tersebut harus dikikis kembali. Setelah proses pemakaman selesai, marmer itu digeser dan harus disemen kembali.

Demikianlah makam itu dirancang sedemikian rupa.

Bagian Dalam Chase Vault

Walaupun telah bersusah payah membangunnya, Elliot tidak pernah dimakamkan di tempat itu. Tempat itu dibiarkan kosong hingga tanggal 31 Juli 1807 ketika Mrs.Thomasina Goddard dimakamkan di tempat itu. Jenazah Mrs.Goddard diletakkan di dalam sebuah peti mati kayu.

Pada tahun 1808, makam itu dibeli oleh keluarga Chase, salah satu keluarga yang kaya raya dan disegani di Barbados. Karena perubahan kepemilikan itu, makam itu itu kemudian diberi nama Chase Vault yang artinya Makam keluarga Chase.

Thomas Chase, pemimpin keluarga Chase, adalah salah seorang yang paling dibenci di Barbados. Menurut salah satu catatan di people's almanac:

"Kepala keluarga itu adalah seseorang yang memiliki tabiat yang jahat, ia begitu kejam terhadap budak-budaknya sehingga mereka sering mengancam akan membunuhnya."

Pada tanggal 22 Februari 1808, anak bungsu Thomas yang bernama Mary Ann Chase yang baru berusia 2 tahun meninggal dunia dan jenazahnya dibawa ke Chase Vault untuk dimakamkan.

Pintu makam itu dibuka, Peti mati Mary Ann yang terbuat dari timah yang berat kemudian dibawa masuk ke dalamnya dan ditaruh disamping peti mati Mrs.Goddard.

Pintu Chase Vault pun ditutup kembali dengan marmer besar itu dan disemen.

Setelah kematian Mary Ann, perlahan-lahan, Chase Vault mulai diisi oleh jenazah anggota keluarga Chase lainnya.

Pada tanggal 6 Juli 1812, hanya 5 tahun setelah kematian Mary Ann, Anak Thomas lainnya yang bernama Dorcas Chase, juga meninggal. Beberapa orang mengatakan kalau Dorcas telah bunuh diri dengan cara mogok makan karena depresi dengan ayahnya.

Mayat Dorcas dibawa ke Chase Vault dan peti matinya yang juga terbuat dari timah yang berat diletakkan di tempat itu bersama peti mati Mrs.Goddard dan Mary Ann.

Hanya beberapa minggu setelah penguburan Dorcas, Mr.Thomas Chase, sang kepala keluarga, meninggal dunia karena bunuh diri. Mayatnya ditaruh ke dalam peti timah seberat 108 kilogram dan dibawa ke Chase Vault.

Inilah awal dari misteri yang membingungkan.

Ketika pintu makam itu dibuka, para pengurus pemakaman kaget karena menemukan peti-peti mati yang sudah ada di dalamnya berada pada posisi yang tidak semestinya. Peti mati Mary Ann Chase telah bergeser ke sudut lainnya.

Anggota keluarga Chase yang melihat itu menjadi sangat marah dan mengira ada penjarah makam yang telah mengacaukan peti-peti mati itu. Namun, mereka tidak menemukan benda apapun yang hilang dari makam itu.

Peti mati Mary Ann kemudian dikembalikan ke posisi semula dan pintu Chase Vault kembali ditutup.

Tetapi, misteri itu tidak berakhir disini.

Pada tanggal 25 September 1816, empat tahun setelah pemakaman Thomas Chase, makam itu kembali dibuka. Kali ini untuk menampung jenazah Charles Brewster Ames yang berusia 11 tahun.

Sekali lagi, mereka menemukan semua peti mati telah berpindah tempat, termasuk peti mati Thomas Chase yang sangat berat. Satu-satunya peti mati yang tidak berubah posisi hanyalah peti mati kayu milik Mrs.Goddard.

Petugas pemakaman kemudian memerintahkan agar peti-peti mati itu dikembalikan ke posisinya yang semula. Saking beratnya peti mati Thomas Chase, dibutuhkan delapan pria untuk memperbaiki posisinya.

Pintu masuk Chase Vault kembali ditutup rapat.

52 hari kemudian, tepatnya tanggal 17 November 1816, pintu Chase Vault kembali dibuka. Kali ini untuk menerima jenazah Samuel Brewster Ames.

Sekali lagi, para pengurus pemakaman menemukan peti-peti mati di dalamnya telah berubah posisi. Dan sama seperti sebelumnya, peti mati kayu Mrs.Goddard adalah satu-satunya peti mati yang tidak berpindah tempat.

Jadi, untuk ketiga kalinya mereka mengembalikan semua peti mati itu kembali ke posisinya yang semula.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 17 Juli 1819, makam itu kembali dibuka untuk menerima jenazah Thomasina Clark. Berbeda dengan peti mati sebelumnya, jenazah Clark ditaruh di dalam peti mati kayu.

Ketika pintu makam dibuka, mereka kembali menemukan peti-peti mati di dalamnya berada dalam posisi yang berantakan.

Empat kejadian misterius ini kemudian menarik perhatian gubernur Barbados, Lord Combermere, yang disebut-sebut turut menghadiri pemakaman Clark.

Sang Gubernur kemudian memerintahkan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap makam itu. Namun tidak ditemukan satupun tanda-tanda perusakan ataupun jalan rahasia menuju makam itu.

Jadi, peti-peti mati itu kembali disusun seperti semula.

Peti mati Mr.Goddard yang terbuat dari kayu telah mengalami lapuk yang luar biasa sehingga orang-orang mengikat peti itu dengan tali untuk mencegahnya lepas berantakan dan kemudian menaruhnya di sudut bersentuhan dengan dinding.

Setelah itu, pasir ditaburi ke lantai makam untuk mendeteksi adanya jejak kaki.

Lalu, pintu Chase Vault kembali ditutup. kali ini bukan hanya ditutup, Lord Combermere bahkan menyegel pintu makam itu dengan segel gubernur.

Tanggal 18 April 1820, delapan bulan setelah penguburan Thomasina Clark, Chase Vault kembali dibuka, bukan untuk menerima jenazah baru, melainkan untuk memenuhi permintaan Lord Combermere yang ingin tahu kondisi di dalam makam.

Ketika pintu makam dibuka, Sekali lagi, semua peti mati di dalamnya telah berpindah posisi. Dan sama seperti sebelum-sebelumnya, peti mati kayu Mrs.Goddard adalah satu-satunya yang tidak berpindah.

Posisi sebelum

Posisi setelah diperiksa

Tidak terlihat adanya jejak kaki di pasir di lantai makam.

Bagaimana peti-peti mati itu bisa berpindah?

Mereka yang memeriksanya tidak menemukan tanda-tanda kalau ini adalah ulah tangan manusia. mereka juga tidak menemukan adanya sisa-sisa genangan air atau banjir yang mungkin bisa menggeser peti-peti mati itu. Beberapa orang mengajukan kemungkinan gempa bumi, tetapi dalam rentang waktu itu, tidak terjadi gempa bumi di Barbados.

Karena penyelidikan yang dilakukan tidak membawa hasil apapun, keluarga Chase memutuskan untuk tidak menggunakan makam itu lagi. Chase Vault kemudian diabaikan begitu saja dan peti-peti mati yang ada di dalamnya dipindahkan dan dikuburkan di tempat lain.

Makam itu masih ada hingga sekarang dan dibiarkan kosong.

Kisah mengenai peti mati berpindah Barbados ini pertama kali dipublikasikan oleh Sir JE Alexander dalam bukunya yang berjudul "Transatlantic Sketches" yang terbit tahun 1833. Setelah itu, masih ada beberapa tulisan lagi yang menceritakan kisah mengenai misteri ini.

Pada Desember 1907, Andrew Lang, seorang peneliti kisah-kisah rakyat dari Inggris mencoba untuk meneliti kebenaran kisah ini. Ia menyusuri sejumlah dokumen yang berasal dari Barbados, termasuk catatan pemakaman dan surat kabar setempat.

Lang tidak bisa menemukan adanya berita mengenai fenomena ini di surat kabar ataupun catatan pemakaman pada waktu peristiwa ini disebut terjadi. Namun, ia menemukan ada satu catatan yang tidak dipublikasikan yang berasal dari Nathan Lucas yang mengaku menjadi saksi saat Chase Vault dibuka untuk terakhir kalinya pada tahun 1820.

Lang, tidak bisa memberikan kesimpulan pasti.

Usaha penelitian yang berikutnya datang dari penulis modern bernama Joe Nickell lewat bukunya "Barbados restless coffins laid to rest" yang terbit tahun 1982.

Nickell percaya kalau peristiwa peti mati berpindah itu sama sekali tidak pernah terjadi. Menurutnya, kisah ini hanyalah sebuah Masonic Hoax.

Maksudnya adalah, kisah ini hanya sebuah alegori yang berisi kisah mengenai ruang rahasia yang menurut teks Masonic merupakan misteri purba, simbol kematian dimana kebenaran Ilahi bisa ditemukan.

Nickell menghubungkan kisah peti mati berpindah dengan misteri harta karun pulau Oak yang juga dipercaya sebagai Masonic Hoax lainnya.

Sama seperti Alegori Masonic lainnya, kisah ini dipercaya hanya dibuat oleh para Mason sebagai sebuah kisah simbolis yang tidak pernah terjadi di dunia nyata dan hanya ditujukan sebagai pengajaran bagi para anggota Freemason lainnya.

Nickell juga mengutip bukti yang berasal dari perkataan Lucas:

"Aku sudah memeriksa seluruh dindingnya, lengkungannya dan setiap bagian dari Chase Vault dan menemukan kalau setiap bagian telah berusia tua dan mirip; dan seorang Tukang batu (Mason) di dekatku memukul setiap bagian bawah makam itu dengan palunya, dan ternyata semuanya padat."

Salah satu kutipan mengenai suara palu ini bisa ditemukan di Macoy's Illustrated History and Encyclopedia of Freemasonry dimana dikatakan kalau para Mason menghormati dentuman suara palu sang Master yang melambangkan otoritas.

Masih menurut Nickell, Penggunaan kata "Mason" untuk menyebut tukang batu oleh Lucas cukup menarik. Nickell menduga kalau Lucas sendiri adalah seorang Mason yang berpartisipasi dalam pembuatan alegori itu.

Nickell juga percaya kalau para Mason ternama lainnya ikut berpartisipasi dalam kisah alegori ini dan membantu menutup-nutupinya, seperti Sir Arthur Conan Doyle yang pernah membahas soal Chase Vault pada artikel tahun 1919 di surat kabar "The Strand". Dalam artikel itu, Doyle menggunakan kata "Effluvia" yang berarti kuburan.

Kata itu, umumnya hanya dimengerti oleh para Mason.

Teori Nickell dianggap sebagai penjelasan yang paling masuk akal mengenai misteri ini.

Namun, luar biasanya, walaupun kisah ini dianggap sebagai hoax, misteri serupa disebut pernah terjadi di makam di Stanton, Suffolk, dan di pemakaman Lutherian di pulau kecil Oesel di laut Baltik. Kedua misteri tersebut sama-sama terjadi pada abad ke-19 dan sama-sama belum terpecahkan.

(wikipediacarribbeantravelforums.com)

Saturday, September 18, 2021

Legenda El Dorado dan harta karun danau Guatavita

 Sebuah kota yang terbuat dari emas dengan rajanya yang juga bersalutkan serbuk emas, legenda El Dorado telah menjadi salah satu legenda yang paling menarik untuk diceritakan. Banyak orang mengatakan kalau legenda ini hanyalah sebuah imajinasi, namun sebenarnya sebagian rahasia El Dorado boleh dibilang telah terungkap dan danau Guatavita adalah salah satunya.


Ini kisah singkat mengenai El Dorado.

Ketika Christopher Colombus menemukan benua Amerika, kisah mengenai dunia baru yang kaya akan emas sampai ke Eropa. Tidak lama kemudian, para penakluk Spanyol mulai masuk ke peradaban Amerika Tengah dan Selatan termasuk Aztec dan Inca.

Francisco Pizzaro (1475–1541), yang berhasil menaklukkan peradaban Inca yang kaya raya pada tahun 1530an percaya kalau di tempat lain di benua itu masih tersimpan kekayaan tersembunyi yang bernilai besar.

Tidak butuh waktu lama baginya untuk mendapatkan konfirmasi mengenai hal ini.

Tidak lama setelah penaklukkan itu, seorang pembawa pesan dari suku tidak dikenal muncul di Peru, tempat kerajaan Inca, dengan sebuah pesan untuk Raja Inca. pembawa pesan ini tidak tahu kalau kerajaan Inca telah ditaklukkan oleh Pizarro.

Setelah diinterogasi oleh para prajurit Spanyol, pembawa pesan itu berkata kalau ia adalah anggota salah satu suku di wilayah Bogota. Menariknya, pembawa pesan ini juga menceritakan mengenai sebuah kerajaan lain di wilayah yang sama dimana Rajanya berselimutkan debu emas dan berenang di danau emas.

Legenda yang mereka dengar inilah yang kemudian disebut dengan El Dorado yang berarti "Manusia bersepuh Emas".

Tertarik untuk mendapatkan emas yang lebih banyak, para penakluk dari Spanyol ini kemudian mengirimkan paling tidak lima ekspedisi besar untuk mencari El Dorado.

Salah satu ekspedisi yang dikirim adalah ekspedisi yang dipimpin oleh Gonzalo Jimenez de Quesada yang berangkat pada tahun 1536.

Bersama 500 prajuritnya, Ia masuk ke belantara lebat yang sekarang termasuk wilayah Columbia. Setelah menjelajah cukup lama dan menjumpai berbagai rintangan, Quesada dan timnya menemukan suku Chibca yang kaya raya. Namun, mereka tidak menjumpai raja emas dan danau emas yang dicari.

Tetapi, suku tersebut menceritakan kepada Quesada mengenai sebuah danau misterius di kawah gunung di dataran tinggi Andes di Bogota yang bernama Guatavita. Menurut mereka, setiap tahun, di danau itu, sebuah upacara misterius dilakukan oleh suku setempat yang bernama Muisca sebagai persembahan terhadap dewa mereka.

Sang raja, yang juga disebut Zipa, akan dibaluri dengan lumpur yang kemudian dilapisi lagi dengan debu emas. Setelah itu, ia bersama para tetua suku yang lain akan mengayuh rakit yang berisi emas perak dan perhiasan lainnya hingga ke tengah danau.

Setelah sampai di tengah, mereka akan membuang emas perak itu ke dalam danau. Lalu sang raja akan terjun ke danau untuk membersihkan tubuhnya dari debu emas dan lumpur yang menyelimuti tubuhnya.

Mendengar kisah luar biasa ini, Quesada memutuskan untuk mencari El Dorado.

Ia tidak bisa menemukan suku Muisca atau kota emas yang dimaksud, namun ia berhasil menemukan danau Guatavita.

Ketika penemuan ini diumumkan ke Spanyol, sebuah usaha dilakukan untuk mengeruk danau ini pada tahun 1545. Usaha ini dipimpin oleh Hernan Perez de Quesada, saudara laki-laki dari Jimenez de Quesada.

Quesada menggunakan para pekerja untuk mengeringkan danau dengan ember-ember raksasa. Setelah tiga bulan, level permukaan air danau turun sekitar 3 meter dan Quesada berhasil mendapatkan 18 kilogram emas dari dalamnya.

Pada tahun 1580an, seorang pedagang dari Bogota bernama Antonio de Sepulvada mengerahkan 8.000 penduduk setempat dalam usahanya untuk mengeringkan danau itu dengan cara membuat pintu-pintu air di sisi danau. Ia berhasil menurunkan permukaan danau hingga 20 meter.

Dengan cara ini ia berhasil menemukan emas dalam jumlah yang cukup besar. Namun kemudian sisi danau runtuh dan menewaskan banyak pekerja. Proyek ini kemudian dibatalkan.

Hari ini, kita masih bisa melihat sisi danau yang terpotong, sisa-sisa usaha yang dilakukan oleh Sepulvada.

Pada tahun-tahun berikutnya, ambisi bangsa Eropa untuk menemukan El Dorado muncul kembali ketika seorang pria misterius bernama Juan Martinez menceritakan mengenai sebuah kota emas bernama Manoa. Kota ini bisa saja berhubungan dengan legenda El Dorado, namun bisa juga tidak. Yang pasti, bangsa Eropa semakin percaya kalau Benua Amerika menyimpan kekayaan dalam jumlah besar.

Martinez bercerita kalau ia adalah seorang pengawas amunisi di sebuah kapal Spanyol yang menjelajahi sungai Caroni yang terhubung dengan Sungai Orinoco. Kapal mereka menjelajahi sungai hingga jauh ke dalam hutan belantara. Namun, gudang mesiu yang diawasinya meledak sehingga penjelajahan ini pun dibatalkan. Sebagai hukuman bagi Martinez, ia ditinggalkan di sungai tersebut dengan sebuah sampan.

Lalu, Martinez mengaku berjumpa dengan sekelompok anggota suku indian yang bersahabat. Mereka menutup mata Martinez dengan kain dan membawanya ke kerajaan mereka yang disebut Manoa. Martinez mengatakan kalau Istana raja Manoa yang dikunjunginya itu terbuat dari emas.

Pada tahun 1586, kisah ini sampai ke telinga Sir Walter Raleigh, seorang penjelajah ternama yang pernah mendirikan koloni pulau Roanoke yang legendaris.

Pada tahun 1595, Raleigh bersama rekan-rekannya berlayar menjelajahi sungai Orinoco di Amerika Selatan demi untuk menemukan Manoa. Namun, ekspedisi itu tidak menghasilkan apa-apa. Menariknya, mereka menemukan Jangkar Kapal Spanyol Martinez yang tersisa ketika terjadi ledakan di kapal. Jadi, paling tidak ada bagian dari kisah Martinez yang dapat dipercaya.

Walaupun tidak menemukan kerajaan emas Manoa, Raleigh membawa banyak sampel flora dan fauna yang eksotik serta sebuah batu indah yang menandakan adanya kekayaan alam luar biasa di tempat itu. Raleigh bahkan menulis sebuah buku mengenai penjelajahannya ini.

Raleigh sendiri percaya kalau kota Manoa sebenarnya terletak di wilayah danau Parime di belakang pegunungan wilayah Guyana. Ia bahkan menyediakan sebuah peta yang sangat akurat mengenai letak wialayah ini.

Pada tahun 1618, Raleigh kembali melakukan eskpedisi kedua untuk menemuan kota ini dengan biaya dari kerajaan Inggris. Namun ekspedisi ini juga gagal membawa hasil.

Kisah El Dorado tidak berhenti pada abad pertengahan saja. Para penjelajah abad-abad berikutnya masih terus mencoba menemukan kota emas tersebut. Walaupun begitu, perhatian terhadap danau Guatavita tidak pernah surut.

Pada tahun 1911, sebuah perusahaan pembuat emas kembali mencoba peruntungannya di danau Guatavita. Mereka berhasil membuang sebagian besar air danau itu dengan membuat terowongan dan pintu air. Namun, lumpur danau itu dengan segera mengeras dan hujan segera memenuhi danau itu kembali. Mereka hanya menemukan beberapa objek emas yang kemudian dilelang untuk membayar para investornya.

Pada tahun-tahun berikutnya, minat mencari El Dorado sepertinya mulai berkurang. Kebanyakan orang mulai beranggapan kalau El Dorado mungkin hanya sebuah legenda. Bahkan ada satu pendapat yang mengatakan kalau suku Indian yang menceritakan soal El Dorado mungkin telah berbohong untuk mengalihkan perhatian para penakluk dari desa mereka.

Namun, sebuah petunjuk besar muncul pada tahun 1969.

Dua orang pekerja yang sedang menggali di sebuah gua kecil di dekat Bogota tanpa sengaja menemukan sebuah patung emas. Patung itu berbentuk rakit dengan figur kepala suku dan delapan pria yang sedang mengayuh di atasnya.

Bentuk patung ini segera mengingatkan para peneliti dengan ritual El Dorado yang telah diceritakan selama ratusan tahun. Jadi, legenda itu ternyata benar.

El Dorado memang ada.

Namun, peneliti dari Los Andes University bernama Carl Langebaek punya pendapat sendiri. Menurutnya, El Dorado mungkin hanyalah sebuah produk dari imajinasi para penjelajah. Katanya:
"El Dorado tidak akan pernah ditemukan. Orang-orang akan selalu mencari emas di tempat yang paling mustahil sekalipun. Tidak peduli bahkan jika mereka menemukan satu istana emas sekalipun, selalu ada alasan untuk mencari El Dorado yang lain."
Hari ini, Danau Guatavita terlihat sepi. Bahkan Turis pun jarang keliatan. Beberapa waktu yang lalu, Pemerintah Columbia memutuskan untuk menutup wilayah itu karena orang-orang sering membuang sampah ke dalamnya atau mencuci mobil di sana.

Saat ini hanya ada satu petugas pengawas yang ditempatkan untuk mengawasi danau itu. Jamie Beltran, sang pengawas percaya kalau danau itu meyimpan rahasia El Dorado.

"Saya yakin, emas dari El Dorado ada di dalam sana." Katanya sambil memandang air danau yang tenang.

Apa yang dipercayai oleh Beltran juga dipercaya oleh banyak orang lainnya. Tetapi, mungkinkah suatu hari danau Guatavita akan membuka rahasianya?