Penemuan Yang Dipendam:
Ilmuwan Kaget! Metode Penanggalan Baru Buktikan Fosil Dinosaurus Hanya Berusia Puluhan Ribu Tahun!
Prologue:
Professor Dr. Mary Schweitzer menemukan cara penanggalan terbaru dari fosil dinosaurus. Hebatnya, dengan cara ini ia dapat mengekstrak dan memisahkan antara tulang fosil dan jaringan lunak dari urat, daging dan darah terlepas dari tulang fosil.
Hebohnya, ternyata menurut penanggalan dengan metode terbaru ini, usia fosil dinosaurus bukan dari jutaan tahun lalu, namun hanya berkisar antara 40.000 hingga 20.000 tahun lalu. akibatnya, metode terbaru yang dilakukan secara saintifik dan memiliki bukti nyata ini banyak dikecam para ilmuwan dunia.
Penelitian dari Pusat Studi Isotop Terapan (Centre for Applied Isotope Studies) tentang pemecahan kolagen dalam sampel berbagai tulang dinosaurus di University of Georgia, yang dipimpin oleh Professor Dr. Mary Schweitzer, telah menghasilkan kesimpulan dari beberapa penelitian yang menakjubkan.
Menurut para peneliti, beberapa fosil dari tulang dinosaurus, sebagai contoh yang telah ditemukan dalam penggalian di situs daerah Montana yang tampak dalam sampel, ternyata hanya berumur ribuan tahun dan membuat ilmuwan kaget.
Pernyataan yang tidak biasa ini tampaknya bertentangan dengan anggapan selama ini, bahwa semua dinosaurus yang pernah menjelajahi Bumi telah punah sejak puluhan juta tahun yang lalu.
Para peneliti menyatakan, bahwqa jaringan lunak yang telah mereka analisis tampaknya telah membusuk dan terkikis hanya selama ribuan tahun, bukan jutaan.
Tentu, hasil ini tampak benar-benar membingungkan bagi para periset yang menduga bahwa dinosaurus yang dimaksud, termasuk Tyrannosaurus Rex (T-rex) dan Triceratops, telah punah selama jutaan tahun lalu.
Mereka memutuskan mengirimkan sampel itu kembali untuk penanggalan radiokarbon (radiocarbon dating) dan menguji serta melihat kembali, apakah ada masalah dengan proses pengujian mereka.
Yang membuat mereka takjub adalah lagi-lagi mereka terperanjat dengan hasilnya dan mengklaim kembali bahwa tulang-tulang fosil itu berusia 40.000 tahun!
Penemuan ini bisa menjadi lawan dari metode penanggalan sebelumnya yang selama ini dipakai, yaitu radiokarbon-14 (C-14), yaitu metode penanggalan radiometrik yang menggunakan isotop karbon-14 (14C) untuk menentukan usia material bahan organik (karbonaseous) dengan batasan sampai sekitar 60.000 tahun “sebelum sekarang”.
Tanda tanya besar di dunia arkeologi: Anomali ditemukannya artefak-artefak berupa sosok dinosaurus di seluruh dunia
Bagaimana mungkin dinosaurus yang dianggap sudah punah oleh benturan asteroid yang menghantam Bumi sejak 65 juta tahun lalu, tiba-tiba melalui jaringan lunaknya dari fosil yang berhasil didapat melalui metode baru ini, usia kematiannya hanya berkisar antara 40.000 hingga 20000 tahun lalu?
Jika perihal keberadaan dinosauurus yang baru punah dalam beberapa puluh ribu tahun lalu dianggap benar, maka bisa jadi akan dapat menjawab salah satu pertanyaan besar di bidang arkeologi yang belum terjawab.
Jawaban itu akan “menambal” pertanyaan mengenai ditemukannya beberapa artefak dari seluruh penjuru dunia yang memunculkan sosok binatang dari kelompok dinosaurus yang dianggap sudah punah sejak 65 juta tahun lalu tersebut.
Padahal situs-situs yang menampilkan sosok dinosaurus itu tidak dibangun sejak jutaan tahun silam. Itu artinya sangat jauh masanya setelah dinosaurus punah.
Lalu, bagaimana orang-orang pada masa ribuan tahun lalu bisa melukiskannya? Apakah mereka juga pernah menemukan fosil dinosaurus pada masa lalu? Ataukah mereka juga sudah menguasai arkeologi?
Padahal fosil-fosil dinosaurus terpendam di dalam tanah. Lagipula, fosil-fosil dinosaurus tidak ada yang komplit. Tapi mereka bisa menggambarkan fisiknya secara utuh, bahkan detail.
Artefak-artefak berupa sosok dinosaurus memang ditemukan pada beberapa peninggalan pada masa lalu, yang rata-rata semuanya memiliki umur tak lebih dari ribuan tahun silam, apalagi puluhan juta tahun.
Beberqapa artefak berupa sosok dinosaurus itu ada yang berupa ukiran, geolyph, petroglyph, lukisan atau gambar kuno yang tersebar di situs-situs, di candi-candi, di dalam gua-gua hingga lukisan di banyak situs di dunia.
Hal ini masih merupakan tanda tanya besar bagi para ilmuwan hingga kini! Mengapa mereka bisa menggambar atau mengukir sosok dinosaurus yang telah punah 65 juta tahun lalu itu.
Penemuan spektakuler yang ditentang para peneliti lain
Namun tim tersebut menyatakan, justru banyak peneliti dan masyarakat yang lebih luas menjadi kecewa terhadap temuan mereka yang luar biasa tersebut. Mereka mengklaim bahwa hasil penelitian mereka telah diabaikan dan dilecehkan. Selain itu, pusat paleoetologi lainnya benar-benar menolak untuk menguji temuan mereka dengan mereplikasi hasil penanggalan karbon.
Sementara tim tersebut mengatakan, bahwa temuan mereka telah dipublikasikan di jurnal ilmiah di Jerman dan Italia. Juga, komunitas ilmiah di Amerika Serikat sama sekali menolak untuk mempublikasikan hasil penelitian mereka mengenai penanggalan tulang dinosaurus tersebut.
“Ini bukan cara ilmiah, mengabaikan informasi baru hanya karena tidak sesuai dengan teori dan ide-ide mereka sekarang!”, seru seorang juru bicara dari tim peneliti.
Kritik terhadap penelitian tersebut mengatakan bahwa hasilnya tidak dapat dianggap serius karena penelitian tersebut tidak diajukan untuk peer review dengan cara yang benar.
Mereka juga menolak inti kesimpulan tim yang mengatakan, bahwa bukti geologi tersebut dengan kuat telah menunjukkan bahwa dinosaurus yang dimaksud terkubur di tanah selama jutaan tahun dan bertentangan dengan ribuan lainnya.
Telah disarankan bahwa faktor-faktor lain yang bertentangan mungkin menyebabkan kpenanggalan yang tidak biasa. Namun, terlepas dari kenyataan bahwa banyak orang mengecam penelitian baru ini dengan sedikit garam, karena masih ada kepercayaan bahwa ternyata dinosaurus masih bisa bertahan di Bumi jauh lebih lama daripada yang diperkirakan para ilmuwan sebelumnya.
Metode penaggalan baru yang lebih canggih
Mengapa kita tidak tahu lebih banyak jaringan lunak terdapat pada fosil? Menurut Professor Dr. Schweitzer, dia menggunakan teknik baru dengan asam untuk menghilangkan tulang. Metode ini nyaris tidak pernah digunakan sebelumnya.
Professor Dr. Mary Schweitzer, juga mengatakan, dalam penelitiannya, jika lebih banyak menggunakan metode itu, kita akan dapat menemukan lebih banyak lagi jaringan lunak pada fosil.
Sementara itu rekannya, Dr. Kaye, mencoba meniru metode dari Professor Dr. Schweitzer ini, dan benar. Ia menemukan sejumlah besar jaringan lunak dengan teknik yang sama.
Professor Dr. Mary Schweitzer juga menambahkan bahwa sebenarnya ada cukup banyak jaringan lunak lainnya yang bisa ditemukan dalam fosil. Menurut Professor Dr. Mary Schweitzer, beberapa penelitian awal dengan metode ini pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya:
Sebuah jaringan lunak pada fosil salamandar, pernah dilakukan dan hasilnya sangat baik.
DNA yang berhasil diekstraksi dari bakteri, pernah diteliti memiliki usia 425 juta tahun yang sebelumnya umurnya dipertanyakan, karena DNA tidak mungkin bisa bertahan lebih dari ribuan tahun, dan masih ada beberapa lainnya.
Selama ini para evolusionis mengatakan bahwa hanya sedikit sekali bentuk biologis yang mati bisa menjadi fosil, dan jika pun ada, kebanyakan adalah binatang laut atau binatang darat yang pernah terkubur dalam air atau dalam lumpur yang pernah mengandung air dalam jangka waktu lama.
Penelitian=penelitian sebelumnya
Professor Dr. Mary Schweitzer dan asisten penelitiannya sedang mengerjakan fosil dinosaurus T-rex lalu melihat jaringan medulernya, dan menunjukkan bahwa T-rex telah hamil.
Karena tidak ada yang pernah menemukan jaringan ini dalam fosil dinosaurus sebelumnya, kemudian dia memberi tahu asistennya untuk merendamnya dalam asam agar bisa mempelajari struktur jaringannya dengan lebih baik lagi.
Ketika mereka mencoba pendekatan baru ini, mereka tertegun, karena mereka menemukan pembuluh darah, matriks tulang dan jaringan elastis dalam fosil itu! Semua jaringan lunak ditemukan di tempat yang seharusnya tidak sesuai dengan evolusi.
Schweitzer dan timnya juga menemukan bukti fragmen dan struktur sel darah merah, (eritrosit) yang terdegradasi yang mungkin mewakili sisa darah yang berubah. Dia akhirnya menerbitkan sejumlah makalah (referensi dan tautan ada di bawah) yang benar dari yang pertama menantang prinsip dasar fosilisasi dengan menyatakan:
“Jaringan lunak dan mikrostruktur seperti sel yang berasal dari elemen kerangka dari Tyrannosaurus rex yang terawat baik (MOR 1125) diwakili oleh empat komponen pada fragmen tulang korteks dan / atau meduler demineralisasi: matriks tulang fleksibel dan berserat; transparan, berongga dan lentur. Pembuluh darah, bahan intravaskular, termasuk dalam beberapa kasus, struktur secara morfologis mengingatkan pada sel darah merah vertebrata; dan osteosit dengan kandungan intraselular dan filipodia fleksibel. “
Professor Dr. Mary Schweitzer menyatakan, “Bila Anda memikirkannya, hukum kimia, biologi dan hal lainnya yang kita ketahui, katakan itu harus dihapuskan, itu harus diturunkan sepenuhnya dari pelajaran.”
Derrick Briggs, kurator paleontologi invertebrata di Peabody Museum di Yale University setuju dengan temuan ini, dan mengatakan:
“Tidak ada yang pernah dapat memperlihatkan atau mencitrakan bahwa kemungkinan dari fosil dinosaurus yang ternyata memiliki jaringan lunak yang masih terpelihara… ini sama sekali tidak mungkin…. Kami memiliki pemahaman yang jelas bahwa sebagian dari semua siklus biologis melibatkan pembusukan. Alam dibentuk untuk memecah bahan itu dan mendaur ulangnya. Jadi, tidak mungkin struktur semacam itu akan bertahan, terutama selama jutaan tahun.”
Derrick Briggs juga setuju bahwa tidak ada yang bisa memverifikasi dengan sains yang memungkinkan jaringan lunak bisa bertahan selama jutaan tahun.
“Kesimpulan yang jelas adalah bahwa mereka bukan dari jutaan tahun seperti yang selama ini telah dipercayai. Ingat bahwa bukti dari kritik Anda adalah salah satu bukti tingkat tertinggi yang bisa Anda dapatkan”, tambah Derrick Briggs. Itu artinya penciptaan memang terbukti ada diseluruh wilayah di muka Bumi. Jadi, bukan sebab evolusi.
Apakah jaringan dinosaurus bisa di kloning?
Dari penelitian ini, para peneliti berhasil mendapat jaringan sangat kecil dari fosil dinosaurus. Hal ini pastinya menggelitik pikiran tentang kemungkinan para ilmuwan untuk dapat meng-kloning dinosaurus untuk dapat dihidupkan kembali.
Dalam hal ini, Professor Dr. Mary Schweitzer mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin, karena jaringan yang didapat dalam fosil sudah tidak lagi memiliki DNA yang komplit. Sebagian besar susunan DNA pada fosil dinosaurus tersebut sudah rusak.
Jika pun para peneliti ingin membuat jaringan DNA dinosaurus yang sudah rusak dan tidak komplit itu dengan menyusunya kembali.
Professor Dr. Mary Schweitzer menyatakan bahwa belum pernah ada yang tahu persis, bagaimana susunan DNA dinosaurus yang sesungguhnya.
Untuk dapat menyusun DNA yang rusak, ilmuwan harus dapat menentukan dengan pasti lubang-lubang yang kosong dan juga ada berapa kromosom di dalamnya.
Hal ini adalah mustahil karena ilmuwan tidak bisa asal menaruh DNA yang kosong atau rusak atau hilang, dari spesies lain ke dalamnya.
Jadi, walaupun jaringan dinosaurus bisa didapatkan dengan metode baru ini, bahkan dengan cara molecular clocks terhadap DNA, namun perihal dapat membuat dinosaurus bisa berjalan lagi belum dapat dilakukan. (©IndoCropCircles.com)
0 comments:
Post a Comment